News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pilgub Jawa Barat

Wawancara Eksklusif - Ilham Habibie Siap Ikut Kontestasi Pilkada 2024, Pesan Kuping Harus Tebal 

Penulis: Reynas Abdila
Editor: Theresia Felisiani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bakal Calon Gubernur Jawa Barat Ilham Habibie melakukan sesi wawancara khusus dengan Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra di Studio Tribun Network, Jalan Palmerah Selatan, Jakarta Pusat, Rabu (26/6/2024). Dalam wawancara tersebut, putra Presiden RI ketiga itu menyampaikan program-programnya bila ia terpilih menjadi Gubernur Jawa Barat periode 2024-2029. Menurut dua jangan tipis kuping di dunia politik. TRIBUNNEWS/LENDY RAMADHAN

Ya saya disitu ya hanya anggota gitu ya, hanya anggota dan dewan kehormatan yang punya posisi.

Tapi sekarang masih, KTA itu masih jalan?

Masih.

Berarti sebenarnya secara formal, Pak Ilham ini masih menjadi kader Golkar dong?

Benar.

Meskipun yang memberi rekonnya partai Nasdem?

Dan itu tidak masalah, tidak dipemasalakan oleh Nasdem.

Pak Ilham merasa perlu mengundurkan diri dari partai Golkar atau tidak?

Saya kira tidak perlu. Kita juga lihat contoh-contoh lain dari partai Golkar yang juga tidak selalu satu pihak dengan partai Golkar. Tapi tidak diminta untuk mereka mengundurkan diri.

Mereka tidak mengundurkan diri.

Bakal Calon Gubernur Jawa Barat Ilham Habibie melakukan sesi foto usai wawancara dengan Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra di Studio Tribun Network, Jalan Palmerah Selatan, Jakarta Pusat, Rabu (26/6/2024). TRIBUNNEWS/LENDY RAMADHAN (TRIBUNNEWS/LENDY RAMADHAN)

Pak Ilham, perlu gak juga ini mengkomunikasikan ini dengan Pak Airlangga?

Pasti ada waktunya untuk saya komunikasi dengan Golkar pun. Pada waktu yang tepat. Saat ini, partai Golkar pun juga belum resmi menyatakan apa-apa dengan Jabar. Kan belum. Masih di media kan disebut sebagai zigzag ya.

Istilahnya itu bagus, saya suka. Jadi kita semuanya jadi bingung, termasuk partainya juga bingung. Terlalu banyak zigzag.

Jadi kita gak tahu bagaimana dengan partai Golkar di Jabar. Ya bisa RK atau orang lain atau bagaimana. Belum ada keputusan.

Kita menanti kabarnya. Tiap hari kita menanti. Setelah itu jelas, mungkin ada waktunya.

Pak, apakah kalau mana kala Pak Prabowo – Gibran ini minta Bapak membantu mereka di kabinet itu gimana?

Gini, ini ada sedikit timing, masalah waktu. Kalau saya mencatat dirinya sebagai calon, kalau itu jadi, kan tanggal 27 Agustus. Betul.

Jadi proses untuk kampanye dan sebagainya sudah berlanjut kan? Ya. Kabinet kapan? Paling cepat, akhir bulan Oktober atau awal bulan November. Kan saya sudah di tengah kampanye.

Apa saya bisa mengundurkan diri semuanya sudah kemana-mana saya menjadi itu kan mengecewakan rakyat. Efeknya kurang etis. Kalau menurut saya kurang etis.

Jadi kalau itu terjadi kan di akhir bulan Oktober, awal bulan November paling cepat. Katakanlah paling optimisis akhir bulan Oktober ini terjadi. Saya sudah di tengah.

Iya, iya, iya. Sudah kepala yang tagung ya. Dan itu tidak enak, tidak etis.

Dari segi, kalau kita bicara ini, tadi kan Bapak bicara mengenai logistik gitu ya. Kan sudah banyak investasi disitu.

Pak, tapi ngomong-ngomong memang sinyal itu belum ada ya bahwa Bapak diminta membantu?

Belum. Saya kira kepastian itu nggak bisa dianggap pasti sebelum itu terjadi. Kita tahu di Indonesia itu. Sehari sebelumnya kita sudah pakai baju putih. Bisa jadi nggak jadi kan? Itu saya kira rahasia umum ya.

Pak, ngomong-ngomong apakah Bapak kenal secara pribadi dengan Pak Prabowo?

Oh, sangat.

Seberapa kenal Pak? Bisa cerita?

Oh, saya bagi contoh. Beberapa tahun yang lampau, saya diundang oleh beliau untuk makan siang di kediaman beliau di Hambalang. Saya datang ke situ, kita ngobrol tiga jam. Kita berenam atau bertujuh.

Saya bawa satu orang. Ada tiga atau empat orang dari pihak Pak Prabowo yang bicara terutama Pak Prabowo dengan saya. Bicara mengenai masa depan, mengenai ekonomi, teknologi.

Oh, banyak sekali. Bukan politik. Lebih ke situ. Dan saya kenal Pak Prabowo bahkan sebelum itu. Jauh sebelum itu.

Jadi saya lihat beliau itu orang intelektual. Orang yang punya passion ya. Mengenai negara kita.

Punya komitmen itu sudah lama sekali. Jadi bukan sejak beliau punya ambisi menjadi presiden. Sebelumnya. Memang di dalam diri dia. Ada seperti itu.

Baca juga: Serius Maju Pilkada Jabar 2024, Ilham Habibie Bakal Gaspol Genjot Elektabilitas Jelang Pendaftaran

Mungkin itu ada faktor lingkungan. Kita kenal ayahnya dong. Dan ibunya. Orang terdidik, orang kokoh gitu ya. Intelektual. Internasional. Tetap dia punya pendirian kuat mengenai Indonesia. Komitmen itu dari dulu.

Kalau dengan saya pribadi, tetap komunikasi baik. Kalau saya ketemu dengan beliau itu pasti nyambung. Saya masih sangat nyambung dengan beliau.

Secara pribadi. Kalau politik kan beda. Tapi pribadinya nyambung.

Pak Ilham, dalam sejarah karier Pak Prabowo kan berakhir ketika Pak Habibie jadi presiden. Apakah itu masih membekas?

Saya kira kata berakhir mungkin terlalu ekstrem. Ada perubahan. Kena karir itu kan bisa. Jalannya nggak lurus. Ke bawah sedikit, terus naik lagi.

Terus ke kanan, ke kiri. Beda lah. Tapi itu adalah dalam hal itu harus kita akui.

Dua-duanya dia di situ bertindak sebagai profesor. Dan memang ada hal yang memaksakan mereka. Atau dia memang bertindak dalam hubungan mereka sebagai profesor.

Jadi yang terjadi di situ, Mereka memang harus ada keputusan yang diambil oleh Bapak. Dan Prabowo menerima konsekuensi daripada keputusan tersebut. Hubungan di antara Pak Prabowo dan Bapak saya itu bagus sekali.

Tetap sebelum Pak Prabowo menyalonkan diri tahun 2019 sebagai calon presiden. Pak Prabowo datang ke rumah Bapak Habibie di jaman dulu. Mereka diskusi di situ.

Jadi memang hubungan itu... Mereka saling respect. Saling respect ya? Gak ada masalah ya? Karena itu dilakukan Bapak bukan karena tidak suka dengan Pak Prabowo. Tapi situasi kondisi pada waktu itu memaksakan Bapak untuk bertindak seperti itu.

Jadi bukan karena ada masalah pribadi. Enggak. Karena memang situasi dan kondisi. (Tribun Network/Reynas Abdila)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini