News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pilgub Jawa Barat

Wawancara Eksklusif - Ilham Habibie Siap Ikut Kontestasi Pilkada 2024, Pesan Kuping Harus Tebal 

Penulis: Reynas Abdila
Editor: Theresia Felisiani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bakal Calon Gubernur Jawa Barat Ilham Habibie melakukan sesi wawancara khusus dengan Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra di Studio Tribun Network, Jalan Palmerah Selatan, Jakarta Pusat, Rabu (26/6/2024). Dalam wawancara tersebut, putra Presiden RI ketiga itu menyampaikan program-programnya bila ia terpilih menjadi Gubernur Jawa Barat periode 2024-2029. Menurut dua jangan tipis kuping di dunia politik. TRIBUNNEWS/LENDY RAMADHAN

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Bakal Calon Gubernur Jawa Barat Ilham Akbar Habibie yang diusung Partai NasDem mengaku siap menghadapi kontestasi Pilkada Serentak 2024.

Sekalipun politik Indonesia itu sangat kotor, penuh intrik, dan penuh fitnah.

“Saya kira yang pertama yang disiapkan adalah diri kita sendiri. Kita harus agak, jangan tipis kuping gitu, kulitnya harus agak tebal. Ya, saya kira itu memang harus begitu,” kata Ilham saat podcast di Gedung Tribun Network, Palmerah, Jakarta, Kamis (27/6/2024).

Ilham menyadari dunia politik Indonesia tampaknya semua nongol di permukaan.

Bahwasannya ada kompetisi yang memang menggunakan sosmed dan sebagainya.

“Dan itu adalah persaingan, itu kan boleh dikatakan semua sektor seperti itu, melalui sosmed, ada intrik dan sebagainya, ada.

Ilham menambahkan dirinya sudah mempunyai sosial media yang cukup aktif, walaupun belum di level untuk bisa mencukupi apa yang diperlukan dalam pemilu keadaan ini.

Peran sosmed diakuinya penting untuk menarik suara pemilih terbanyak dari kalangan Gen Z dan Milenial.

“Tim saya, dan saya sendiri, jadi kita memang harus kerja keras untuk meningkatkan itu sehingga itu bisa menjadi satu jalur, saluran yang baik untuk juga menyampaikan pesan-pesan kita kepada pemilih di gen z dan milenial ini,” ucap dia.

“Itu penting sekali. Dan sudah kita mulai. Tapi harus kita perbaiki dan intensifkan,” sambungnya.

Bakal Calon Gubernur Jawa Barat Ilham Habibie (kiri) melakukan sesi wawancara khusus dengan Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra (kanan) di Studio Tribun Network, Jalan Palmerah Selatan, Jakarta Pusat, Rabu (26/6/2024). Dalam wawancara tersebut, putra Presiden RI ketiga itu menyampaikan program-programnya bila ia terpilih menjadi Gubernur Jawa Barat periode 2024-2029. TRIBUNNEWS/LENDY RAMADHAN (TRIBUNNEWS/LENDY RAMADHAN)

Simak lanjutan wawancara Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra dengan Ilham Habibie:

Pak, kalau boleh saya tahu, adakah pesan-pesan khusus yang disampaikan Pak Ketua Umum DPP Nasdem Pak Surya Paloh berkait dengan posisi Bapak sebagai bakal calon Gubernur Jawa Barat?

Ya, saya kira waktu itu kan direkam di TV ya? Jadi, ya alhamdulillah Pak Surya Paloh meyakini saya ini punya kemampuan untuk menjadi pimpinan di Jawa Barat. Dan saya kira yang beliau juga masukkan ini adalah titik awal dari proses belajar saya di bidang politik.

Benar semua. Kalau soal kemampuan, keyakinan beliau ya, insya Allah saya punya kemampuan itu. Tapi saya sendiri ya, saya bisa.

Tapi ada pesan yang tidak di-publish. Itu kurang lebih seperti itu ya?

Kurang lebih seperti itu ya.

Pak Ilham, sekarang ini setelah ada Pilpres 2024 itu muncul semacam diskursus lah, mengenai politik dinasti itu. Menurut Bapak, apa sih sebenarnya?

Nah gini, saya kira kalau kita lihat secara dari segi sejarah, dinasti itu kan sebetulnya kita kenal dari kerajaan. Bahwasannya ada raja dia menurunkan kepangerannya dan sebagainya gitu ya. Jadi ada istilah darah itu keluarga, itu dinasti.

Kalau di politik, ini kan bukan kerajaan, kita demokrasi. Jadi dinasti itu terjadi pemikiran itu kalau memang ada kedudukan politik turun temurun gitu ya. Seperti misalnya di di partai, tapi bisa juga di apa namanya, di ranah jabatan publik gitu ya.

Nah, kalau menurut saya yang penting adalah kita tetap mengacu kepada prinsip demokrasi. Jadi kalau memang yang bersangkutan itu mampu, ya enggak masalah. Why not? Memang mampu.

Tapi itu yang kita acukan. Bukan karena dia adalah anak daripada seseorang, enggak. Tapi harus mampu. Ini prinsip yang universal. Di politik, di bisnis, di akademia, di organisasi.

Kalau kita cari pimpinan yang terbaik, itu adalah prinsip kita ya kalau kita memaju harus yang terbaik lah. Tapi kalau itu yang memang kebetulan orang anak daripada pimpinan sebelumnya, ya enggak apa-apa. Tapi harus yang terbaik. Itu yang kita harus memastikan itu.

Jadi ada aspek meritokrasi yang harus kita perhatikan dalam konsep dinasti. Kalau dinasti hanya berdasarkan darah saja, itu namanya aristokrati, bukan meritokrati. Karena itu ya darah yang menentukan.

Kalau menurut Pak Ilham, pada saat ini kondisi politik Indonesia seperti yang Pak Ilham sebutkan meritokrasi atau memang dinasti politik hanya karena kedekatan dengan bapaknya. Kan sekarang ada guyonan, Pak. MA itu mahkamah adik. MK itu mahkamah kakak?

Oh gitu. Nah kalau kita membaca apa yang telah dikeluarkan oleh pernyataan-pernyataan resmi itu kan mereka katakan itu tetap sesuai dengan proses.

Saya kira kita masing-masing punya pemikiran sendiri-sendiri mengenai ya ada yang ragu, ada yang skeptis, ada yang sangat kritis. Tapi ya selama itu masih dalam ranah peraturan yang di ini, dijalankan masih ini ya memang patut didiskusikan.

Patut didiskusikan. Susah untuk mengambil kesimpulan absolut.

Pak Ilham kan dicalonkan atau diberikan rekom oleh Partai Nasdem dan tadi sudah ada semacam komunikasi politik dengan PKS. Kalau itu terjadi berarti ini menggambarkan Pilpres 2024. Karena Nasdem plus PKS, PKB Pak Anies sam Pak Muhaimin. Nah sekarang Pak Ilham, Nasdem sama PKS. Apakah konfigurasi politik ketika Pilpres nanti akan terjadi juga di Jawa Barat?

Waduh. Ya memang ada tren saya tidak tahu apakah itu benar atau tidak, bahwasannya kontestasi yang ada di Jawa dan juga di DKJ, itu memang ada miripnya dengan Pilpres. Kita tinggal lihat kalau memang benar-benar mirip kan ada tiga.

Kita lihat dulu bagaimana dengan yang ketiga itu, apakah ada atau tidak. Tapi belum tentu menurut saya. Dan saat ini masih agak terlalu gini.

Karena yang pegang suatu rekomendasi yang pasti, saya kira bahwa saya ya. Yang lain masih ya mudah-mudahan. Saya tidak tahu dengan Pak Anies dan Pak Imam itu apa sudah pasti mendapatkan suatu saya tidak tahu itu.

Ini saya sebut DKJ karena itu pengaruh kepada Jawa. Ya. Karena apa yang terjadi di DKJ itu ada pengaruh kepada Jawa. Bukan saja kenamanya catatanga, tapi juga kandidatnya.

Bakal Calon Gubernur Jawa Barat Ilham Habibie melakukan sesi wawancara khusus dengan Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra di Studio Tribun Network, Jalan Palmerah Selatan, Jakarta Pusat, Rabu (26/6/2024). Dalam wawancara tersebut, putra Presiden RI ketiga itu menyampaikan program-programnya bila ia terpilih menjadi Gubernur Jawa Barat periode 2024-2029. TRIBUNNEWS/LENDY RAMADHAN (TRIBUNNEWS/LENDY RAMADHAN)

Pak Ilham, ini banyak orang berpendapat. Bahwa seseorang sukses di Pilkada ini sangat tergantung restu dari pemerintah ke depan. Yang memenangi kontestasi di tingkat Pilpres. Apakah Pak Ilham juga punya rencana atau berkomunikasi dengan Pak Prabowo misalkan? Dengan Gibran Raka Buming misalkan? Atau dengan Pak Jokowi Dodo misalkan?

Saya kira kemungkinan itu ada. Tapi saya belum bisa pastikan. Tapi kemungkinan itu ada.

Tapi itu menurut Pak Ilham perlu nggak sih? Berkomunikasi dengan mereka? Dengan Pak Prabowo sebagai presiden terpilih?

Ya saya kira harus belajar dalam dunia politik, kita memang harus terbuka kepada semuanya. Jadi nggak boleh terlalu kaku, hanya gini aja, tapi harus bicara dengan semuanya. Ada manfaatnya.

Tidak berarti bahwasannya kita nanti sepihak, tapi bicara tidak ada salahnya kita berkomunikasi. Saya kira itu wajar. Wajar ya dalam komunikasi politik dengan siapapun.

Di budaya Indonesia apalagi. Karena kita disini kan mau menekan adanya inklusivitas. Kita merangkul semuanya. Saya kira itu.

Pak Ilham, Pak Habibie Almarhum dulu kan sangat dikenal sebagai tokoh Golkar. Kalau boleh cerita, apakah Pak Ilham juga punya semacam jejak di Partai Golkar sebelum ini?

Saya adalah anggota Dewan Kehormatan. Jadi punya KTA sejak awal berdirinya Partai Holkar. Karena Bapak pendiri Golkar. Salah satu.

Jadi waktu Bapak dan tokoh-tokoh Golkar lainnya mendirikan Partai Golkar yang semula merupakan ormas menjadi Partai, saya secara otomatis dikasih KTA-nya. Saya dikasih saja. Terus terakhir saya tidak pernah terlalu aktif di Golkar.

Saya dulu pernah di Dewan Pakar, tapi tidak pernah di struktur. Jadi tidak punya tugas, khusus kita tidak punya. Apalagi sekarang.

Ya saya disitu ya hanya anggota gitu ya, hanya anggota dan dewan kehormatan yang punya posisi.

Tapi sekarang masih, KTA itu masih jalan?

Masih.

Berarti sebenarnya secara formal, Pak Ilham ini masih menjadi kader Golkar dong?

Benar.

Meskipun yang memberi rekonnya partai Nasdem?

Dan itu tidak masalah, tidak dipemasalakan oleh Nasdem.

Pak Ilham merasa perlu mengundurkan diri dari partai Golkar atau tidak?

Saya kira tidak perlu. Kita juga lihat contoh-contoh lain dari partai Golkar yang juga tidak selalu satu pihak dengan partai Golkar. Tapi tidak diminta untuk mereka mengundurkan diri.

Mereka tidak mengundurkan diri.

Bakal Calon Gubernur Jawa Barat Ilham Habibie melakukan sesi foto usai wawancara dengan Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra di Studio Tribun Network, Jalan Palmerah Selatan, Jakarta Pusat, Rabu (26/6/2024). TRIBUNNEWS/LENDY RAMADHAN (TRIBUNNEWS/LENDY RAMADHAN)

Pak Ilham, perlu gak juga ini mengkomunikasikan ini dengan Pak Airlangga?

Pasti ada waktunya untuk saya komunikasi dengan Golkar pun. Pada waktu yang tepat. Saat ini, partai Golkar pun juga belum resmi menyatakan apa-apa dengan Jabar. Kan belum. Masih di media kan disebut sebagai zigzag ya.

Istilahnya itu bagus, saya suka. Jadi kita semuanya jadi bingung, termasuk partainya juga bingung. Terlalu banyak zigzag.

Jadi kita gak tahu bagaimana dengan partai Golkar di Jabar. Ya bisa RK atau orang lain atau bagaimana. Belum ada keputusan.

Kita menanti kabarnya. Tiap hari kita menanti. Setelah itu jelas, mungkin ada waktunya.

Pak, apakah kalau mana kala Pak Prabowo – Gibran ini minta Bapak membantu mereka di kabinet itu gimana?

Gini, ini ada sedikit timing, masalah waktu. Kalau saya mencatat dirinya sebagai calon, kalau itu jadi, kan tanggal 27 Agustus. Betul.

Jadi proses untuk kampanye dan sebagainya sudah berlanjut kan? Ya. Kabinet kapan? Paling cepat, akhir bulan Oktober atau awal bulan November. Kan saya sudah di tengah kampanye.

Apa saya bisa mengundurkan diri semuanya sudah kemana-mana saya menjadi itu kan mengecewakan rakyat. Efeknya kurang etis. Kalau menurut saya kurang etis.

Jadi kalau itu terjadi kan di akhir bulan Oktober, awal bulan November paling cepat. Katakanlah paling optimisis akhir bulan Oktober ini terjadi. Saya sudah di tengah.

Iya, iya, iya. Sudah kepala yang tagung ya. Dan itu tidak enak, tidak etis.

Dari segi, kalau kita bicara ini, tadi kan Bapak bicara mengenai logistik gitu ya. Kan sudah banyak investasi disitu.

Pak, tapi ngomong-ngomong memang sinyal itu belum ada ya bahwa Bapak diminta membantu?

Belum. Saya kira kepastian itu nggak bisa dianggap pasti sebelum itu terjadi. Kita tahu di Indonesia itu. Sehari sebelumnya kita sudah pakai baju putih. Bisa jadi nggak jadi kan? Itu saya kira rahasia umum ya.

Pak, ngomong-ngomong apakah Bapak kenal secara pribadi dengan Pak Prabowo?

Oh, sangat.

Seberapa kenal Pak? Bisa cerita?

Oh, saya bagi contoh. Beberapa tahun yang lampau, saya diundang oleh beliau untuk makan siang di kediaman beliau di Hambalang. Saya datang ke situ, kita ngobrol tiga jam. Kita berenam atau bertujuh.

Saya bawa satu orang. Ada tiga atau empat orang dari pihak Pak Prabowo yang bicara terutama Pak Prabowo dengan saya. Bicara mengenai masa depan, mengenai ekonomi, teknologi.

Oh, banyak sekali. Bukan politik. Lebih ke situ. Dan saya kenal Pak Prabowo bahkan sebelum itu. Jauh sebelum itu.

Jadi saya lihat beliau itu orang intelektual. Orang yang punya passion ya. Mengenai negara kita.

Punya komitmen itu sudah lama sekali. Jadi bukan sejak beliau punya ambisi menjadi presiden. Sebelumnya. Memang di dalam diri dia. Ada seperti itu.

Baca juga: Serius Maju Pilkada Jabar 2024, Ilham Habibie Bakal Gaspol Genjot Elektabilitas Jelang Pendaftaran

Mungkin itu ada faktor lingkungan. Kita kenal ayahnya dong. Dan ibunya. Orang terdidik, orang kokoh gitu ya. Intelektual. Internasional. Tetap dia punya pendirian kuat mengenai Indonesia. Komitmen itu dari dulu.

Kalau dengan saya pribadi, tetap komunikasi baik. Kalau saya ketemu dengan beliau itu pasti nyambung. Saya masih sangat nyambung dengan beliau.

Secara pribadi. Kalau politik kan beda. Tapi pribadinya nyambung.

Pak Ilham, dalam sejarah karier Pak Prabowo kan berakhir ketika Pak Habibie jadi presiden. Apakah itu masih membekas?

Saya kira kata berakhir mungkin terlalu ekstrem. Ada perubahan. Kena karir itu kan bisa. Jalannya nggak lurus. Ke bawah sedikit, terus naik lagi.

Terus ke kanan, ke kiri. Beda lah. Tapi itu adalah dalam hal itu harus kita akui.

Dua-duanya dia di situ bertindak sebagai profesor. Dan memang ada hal yang memaksakan mereka. Atau dia memang bertindak dalam hubungan mereka sebagai profesor.

Jadi yang terjadi di situ, Mereka memang harus ada keputusan yang diambil oleh Bapak. Dan Prabowo menerima konsekuensi daripada keputusan tersebut. Hubungan di antara Pak Prabowo dan Bapak saya itu bagus sekali.

Tetap sebelum Pak Prabowo menyalonkan diri tahun 2019 sebagai calon presiden. Pak Prabowo datang ke rumah Bapak Habibie di jaman dulu. Mereka diskusi di situ.

Jadi memang hubungan itu... Mereka saling respect. Saling respect ya? Gak ada masalah ya? Karena itu dilakukan Bapak bukan karena tidak suka dengan Pak Prabowo. Tapi situasi kondisi pada waktu itu memaksakan Bapak untuk bertindak seperti itu.

Jadi bukan karena ada masalah pribadi. Enggak. Karena memang situasi dan kondisi. (Tribun Network/Reynas Abdila)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini