News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pilkada DKI Jakarta 2024

NasDem Bisa Batal Usung Anies Baswedan di Pilgub DKI, Dinamika Politik Jadi Alasan

Penulis: Galuh Widya Wardani
Editor: Sri Juliati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Umum Partai Nasional Demokrat (Nasdem) Surya Paloh bersama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan saat pengumuman deklarasi Calon Presiden 2024 dari Partai Nasdem di Nasdem Tower, Jakarta, Senin (3/10/2022). Keputusan Partai NasDem mendukung Anies Baswedan belum bulat, sehingga masih bisa berubah dengan tak mengusung Anies Baswedan

TRIBUNNEWS.COM - Partai NasDem bisa saja batal mengusung Anies Baswedan dalam kontestasi pilihan gubernur (Pilgub) DKI Jakarta 2024.

Bendahara Umum Partai NasDem, Ahmad Sahroni mengatakan, keputusan Partai NasDem mendukung Anies Baswedan belum bulat.

Sehingga, masih bisa berubah dengan melihat peta Pilgub DKI Jakarta 2024.

"Bisa dicabut, bisa saja tidak dilanjutkan (dukungan ke Anies) untuk pendaftaran," kata Sahroni di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (29/7/2024).

Aturan ini, lanjut Sahroni, tidak hanya berlaku pada Anies Baswedan saja, melainkan juga berlaku bagi para calon kepala daerah.

"(Para calon kepala daerah) yang udah ditetapin misalnya, belum tentu juga (pasti diusung)."

"Karena politik itu sangat dinamis. Lu boleh megang rekomendasi, tau-tau rekomendasi dibatalin. Who know?!" jelas Sahroni.

Di sisi lain, Sahroni mengaku belum mengetahui apakah Anies Baswedan sudah mendapatkan surat rekomendasi dari NasDem.

"I dont know, saya belum tau karena saya bukan Bapilu. Mana sih suratnya, mana suratnya? Gue sebagai orang NasDem aja belum tahu, karena bukan di Bapilu gue ya, jadi semua sangat dinamis," ungkap Sahroni.

Keputusan ini, kata Sahroni, juga dilatarbelakangi persetujuan dari Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh.

Baca juga: Anies Baswedan Tanggapi Ucapan Sahroni NasDem Soal Dewa-dewa yang Bakal Atur Pilkada Jakarta 2024

"Enggak kan pertimbangannya ada di ketua umum, bukan di saya, tapi semua ketua umum."

"Mau lanjut tetap sampai pendaftaran, atau ada yang ganti atau ada proses yang lain, tapi yang pasti, temen-temen harus sadari bahwa ini proses dinamika politik sangat dinamis. Jadi, naik turun kadang (terjadi) dan mudah-mudahan kalau sampe ujung sampai daftar ya," kata Sahroni.

Sahroni lantas mengibaratkan sebuah rekomendasi seperti jaket yang ada diretsleting. Kadang kala retsleting itu bisa dipakai, tapi terkadang dibiarkan dilepas begitu saja.

"Gunanya (rekomendasi) adalah itu cuma sebagai simbol, tapi pendaftaran itu adalah puncak di mana mereka dengan rekomendasi yang ada itulah hasilnya," ujar Sahroni.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini