“Disurvei aja tidak ada namanya,” ujar sumber itu.
Formalitas Ikut Pilkada
Banyak yang berpandangan PDIP hanya sekadar formalitas mengusung duet Pramono Anung-Rano Karno di Pilkada Jakarta 2024, setelah batal mengusung Anies Baswedan yang sempat digadang-gadang bakal diusung oleh partai banteng moncong putih itu.
“Ini seolah PDIP hanya formalitas mengusung, bukan karena ingin melawan," kata Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah Putra.
Menurut Dedi, jika PDIP tidak mengusung kandidat dengan elektabilitas tinggi untuk bersaing di Pilkada Jakarta, maka dia memprediksi partai itu hanya mengikuti ritme kepentingan pihak lain.
"Perubahan terjadi di parpol yang belum memiliki koalisi seperti PDIP, perubahan di PDIP sekalipun pada akhirnya akan mengarus pada kepentingan pihak lain, misalnya di Jakarta," terang Dedi.
Dedi menambahkan, jika PDIP gagal mengusung Anies dan memilih duet Pramono-Rano Karno, maka ini menandakan partai tersebut tidak serius bersaing di Pilkada Jakarta buat melawan duet Ridwan Kamil-Suswono yang diusung Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus.
"Pramono tidak memiliki catatan elektabilitas yang baik sementara lawan mereka koalisi gemuk dan tokoh populer," jelas Dedi. (Tribun Network/Yuda)