TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pilkada Jakarta diwarnai dengan munculnya sukarelawan yang menamakan dirinya 'Anak Abah'.
Anak Abah merupakan nama familiar yang diasosiasikan sebagai pendukung mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Baca juga: Ridwan Kamil-Suswono di Pilkada Jakarta: Mulai Dekati Anies Baswedan Demi Gaet Dukungan Anak Abah
Gerakan anak abah itu pun memunculkan spekulasi, apakah benar sebagai bentuk perlawanan pemilih atau justru sebagai narasi membangun daya tawar Anies Baswedan?
Perlawanan Pemilih
Pengamat Politik, Jamiluddin Ritonga menilai bahwa suara 'Anak Abah' bisa menjadi penentu para pasangan calon (paslon) cagub-cawagub di Pilkada Jakarta 2024.
Terlebih lagi, basis pendukung Anies itu berjumlah besar di Jakarta.
Baca juga: Strategi Suswono Gaet Suara Anak Abah di Pilkada Jakarta: Janji Lanjutkan Gagasan Anies Baswedan
Namun, Jamiluddin menyebut, bukan perkara yang mudah bagi para paslon untuk mendapatkan suara 'Anak Abah' tersebut.
Bahkan, kata Jamiluddin, pendukung Anies itu bisa saja golput saat pemilihan nanti, karena bagi mereka tak ada yang pantas memimpin Jakarta, selain Anies.
“Pendukung Anies yang militan tampaknya akan memilih golput. Karena bagi mereka Anies harga mati, tidak ada sosok yang layak dipilih selain Anies,” ucapnya, Senin.
Jamiluddin menambahkan, secara psikologis, 'Anak Abah' tidak akan memilih RK-Suswono untuk memimpin Kota Jakarta lima tahun ke depan.
Pasalnya, duet RK-Suswono itu disokong oleh PKS, PKB, dan NasDem yang sebelumnya telah mencampakkan Anies.
Sehingga, menyebabkan mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) itu tak bisa maju di Pilkada Jakarta 2024.
Kondisi tersebut, menurut Jamiluddin, justru dimanfaatkan oleh pasangan Pramono Anung-Rano Karno, agar mereka bisa menggaet suara 'Anak Abah'.
Namun, hingga saat ini, Anies sendiri belum menyatakan keberpihakannya kepada paslon manapun.
Hal tersebut, menurut Jamiluddin, bakal menarik persaingan di Pilkada Jakarta 2024 ini.