News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pilkada Serentak 2024

Pilkada Sulteng, Ahmad Ali Disebut Jadi Kuda Hitam, Bagaimana dengan Calon Lainnya?

Penulis: Malvyandie Haryadi
Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bakal calon gubernur Ahmad Ali (belakang) saat meninjau lokasi bencana di Kabupaten Parigi Moutong, Sulteng, Kamis (4/7/2024).

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Peta politik terkait Pilkada Sulawesi Tengah (Sulteng) 2024 tak kalah menarik dibanding daerah-daerah lain.

Di sini, kekuatan petahana Rusdy Mastura yang menggandeng Sulaiman Agusto, harus menghadapi pasangan Ahmad Ali-Abdul Karim Al Jufri dan Anwar Hafid-Reny Lamadjido.

Pengamat politik Fransiscus Manurung memprediksi Ahmad Ali bisa menjadi kuda hitam di Pilkada Sulteng 2024 ini.

Pasalnya, gaya politiknya berbeda.

"Ini bukan taktik yang sering kita lihat dalam perpolitikan lokal. Ahmad Ali mampu mengendalikan narasi. Ia memiliki kedewasaan politik yang jarang ada," kata dia, Selasa (17/9/2024).

Hal di atas diakui Ketua Tim Pemenangan Ahmad Ali-Abdul Karim, Hidayat Lamakarate menyebut jagoannya enggan menyerang lawan sebagai gaya politiknya di pilkada ini.

"Ahmad Ali memilih untuk mengedepankan rasa hormat dan pengakuan terhadap lawan. Ini adalah wujud kematangan berpolitik," katanya.

Sebelumnya, Ahmad Ali yang merupakan Politikus NasDem ini memuji kedua rivalnya, bahkan di depan para pendukungnya.

"Tiga kandidat yang bertarung di Pilgub Sulteng ini adalah kader-kader terbaik Sulawesi Tengah. Saya tidak akan mengatakan dua kandidat lain memiliki keburukan. Semua kandidat memiliki niat yang baik untuk memajukan Sulawesi Tengah," tutur dia.

Sebagai informasi, Ahmad Ali dan Abdul Karim Al Jufri diusung 8 partai, yakni Golkar, Gerindra, Nasdem, PAN, PSI, Perindo, PKB, dan PPP.

Anwar Hafid

Sementara Calon Gubernur Sulawesi Tengah (Sulteng) Anwar Hafid, dinilai dengan pengalaman panjangnya di pemerintahan, mampu menerjemahkan keinginan masyarakat menjadi program-program yang nyata dan bermanfaat.

Dikutip dari Tribun Palu, tokoh Persatuan Masyarakat Toraja Indonesia (PMTI) Hardi D Yambas menilai, Anwar Hafid memiliki kemampuan luar biasa dalam memahami kebutuhan rakyat.

"Bupati Morowali dua periode itu, tidak hanya sekadar mendengar aspirasi, tetapi juga memastikan setiap aspirasi tersebut terwujud dalam tindakan nyata yang berdampak langsung pada kesejahteraan masyarakat Sulawesi Tengah," katanya.

Sebagai informasi, Anwar Hafid diusung Demokrat, PKS, dan PBB.

Rusdy Mastura

Sedangkan Rusdy Mastura atau yang akrab disapa Cudy bukan nama baru dalam kontestasi pemilihan kepala daerah Sulawesi Tengah atau Pilkada Sulteng.

Ia merupakan sosok petahana yang menjabat sebagai Gubernur Sulteng sejak tahun 2021.

Sebelumnya, Rusdy Mastura telah menduduki jabatan Wali Kota Palu selama dua periode.

Kini, Rusdy Mastura kembali mencalonkan diri jadi Gubernur Sulteng dan berpasangan dengan Mayjen (purn) Sulaiman Agusto Hambuako sebagai wakilnya.

Pasangan ini diusung empat parpol yakni: PDIP, Hanura, Partai Buruh, dan Partai Ummat.

Faktor Penentu

Dikutip dari Kompas, disebutkan, faktor tawaran program dan rekam jejak setiap paslon memang menjadi hal pertama yang menentukan arah dukungan para pemilih.

Faktor kemenangan berikutnya ialah kekuatan setiap paslon untuk menggalang dukungan melalui peran mesin partai dan ormas.

Berkaca pada dua pilkada sebelumnya (2015 dan 2020), paslon yang menang memiliki barisan terbanyak dalam dukungan parpol.

Masih dari Kompas, jika dilihat lebih dalam, di balik dukungan parpol tersebut sebenarnya terdapat relasi patron-klien yang digerakkan oleh ormas keagamaan ataupun ormas kedaerahan (kesukuan) yang tersebar di Sulteng.

Setidaknya tercatat ada 13 ormas, seperti Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, Persis, Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), Pemuda Pancasila, Forum Pemuda Kaili Bangkit (FPKB), dan Alkhairaat, sebagai ormas keagamaan terbesar di Sulteng.

Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Alkhairaat Jamaluddin Mariadjang menyatakan, peran Alkhairaat selama ini sebagai penjaga kekuatan kultural dan keagamaan di Sulteng.

Kendati memiliki pengaruh yang besar di masyarakat sejak sebelum era reformasi, Jamaluddin melihat Alkhairaat tidak mau campur tangan dalam urusan pemenangan kandidat.

”Para calon (gubernur dan wakil gubernur) perlu mendekati akar rumput dulu. Adanya politik uang di Sulteng disebabkan masyarakat tidak merasakan dampak pembangunan atau kemajuan nyata dari produk politik itu sendiri,” ujar Jamaluddin.

 

 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini