4. Sarana Mediasi
Bahwa perselisihan antar kampung yang terjadi, tidak jarang bisa diredam dengan pementasan bersama Tari Bines ini dengan syair yang menyejukkan kedua belah pihak yang sedang bersengketa.
Adanya kesadaran bahwa tari ini merupakan milik sesama orang Gayo Lues yang harus dijaga kelestariannnya, maka sangat dimungkinkan berfungsi juga sebagai perekat.
Sejarah Singkat Tari Bines
Berbicara mengenai sejarah, tarian ini memiliki sejarah yang beragam, karena mengenai sejarah tarian ini tidak ada dokumentasi secara khusus, namun diceritakan secara turun temurun oleh para tetua.
Namun secara singkatnya, bines merupakan kata yang lahir dari bahasa Gayo Lues yang diartikan sebagai seekor gajah putih, tunggangan Raja Aceh Gayo yang pertama.
Dikisahkan pada suatu hari raja pergi ke seluruh daerah di Aceh untuk melihat-lihat perkembangan rakyatnya dengan menunggangi gajah putih tersebut.
Tiba-tiba gajah putih tersebut berhenti di tengah jalan, dan baru mau berjalan kembali setelah muda-mudi yang ada di sekitar jalan tersebut mengusir gajah dan mengelilinginya sambil menepuk tangan dan bersorak-sorak.
Tepukan sambil mengelilingi gajah putih itu yang menjadi awal lahirnya Tari Bines.
Gerakan tari biasanya berkisar antara tepuk tangan serentak dalam satu warna, ke kanan, ke kiri atau ke depan.
Tari ini ditarikan oleh perempuan dan tidak memakai instrumen musik melainkan dengan menggunakan nyanyian yang berisikan syair dan nasehat.
Tarian ini sekarang sudah meluas tidak hanya pada upacara pemotongan padi seperti pada masa awalnya.
Kini Tari Bines juga sudah dimainkan di acara-acara kebudayan Gayo Lues serta juga pada festival-festival yang diadakan baik di Gayo Lues sendiri maupun di Aceh.(Tribunnews.com/TribunGayo.com/Cut Eva Magfirah)
ARTIKEL INI JUGA TAYANG DI ;
Baca Selanjutnya: Mengenal enam tarian tradisional dari tanah gayo mulai tari saman hingga tari resam berume