Petronela berkisah, awalnya sekadar iseng memanfaatkan benda-benda bernilai kriya di sekitar lingkungan tempat tinggalnya, di pesisir Pantai Ciberry, Distrik Jayapura Selatan.
"Awalnya hanya coba-coba membuat kerajinan gantungan dari buah pohon yang biasa jatuh di pantai," terang Petronella.
Berangkat dari situ, Petronela mulai membuat berbagai kerajinan, termasuk gantungan kunci.
Ibu enam anak ini mengaku bahwa keisengannya di bidang kerajinan tangan dimulai pada 2010.
Petronela kemudian bergabung di Komunitas Lindung Hutan Mangrove, di mana ia banyak terlibat dalam aktivitas daur ulang sampah.
Dari komunitas itulah, Petronella melihat dengan mata – kepalanya sendiri banyaknya sampah di dalam hutan mangrove.
Dari situ lahir motivasinya untuk membuat sesuatu bernilai jual dari bahan dasar sampah.
Kreasi awalnya adalah lampion, bunga hias, dan taplak meja dari sedotan bekas.
Kemudian, dikembangkannya lagi menggunakan kerang laut yang banyak ditemukan di bibir pantai.
“Dengan modal yang tidak begitu besar, saya mulai berpikir untuk mendatangkan uang dari kerajinan yang saya buat,” ujarnya.
Petronela sangat telaten dengan apa yang dikerjakan.
Dalam merintis usaha kerajinan lokal Papua, Petronela mengaku secara otodidak mengikuti tutorial dari Youtube, dan mencoba membuatnya.
“Saya rasa penasaran saja, terus coba lihat cara pembuatan kerajinan di Youtube, setelah itu baru mulai belajar,” ujarnya.
Melihat hasil menguntungkan dari usahanya itu, memotivasi Petronela untuk terus berinovasi.