TRIBUNNEWS.COM, KAYUAGUNG - Gulo Puan dikenal sebagai makanan khas dari Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI).
Khasanah kuliner ini melengkapi ciri khas makanan Sumatera Selatan seperti pempek, kerupuk kemplang, dan pindang.
Gulo Puan konon jadi makanan kegemaran bangsawan Palembang pada zaman dahulu.
Gulo Puan ini diolah dari susu kerbau rawa pedesaan di kawasan rawa-rawa Sumatera Selatan. Keberadaan makanan pelengkap ini sekarang terbilang langka.
Puan yang berarti 'susu' dalam bahasa daerah Sumatera Selatan. Gulo Puan yang rasanya mirip keju manis itu sangat sedap untuk campuran minum kopi, olesan roti ataupun pisang goreng.
Satu di antara tempat pembuatan Gulo Puan ada di Desa Bangsal, Kecamatan Pampangan, Kabupaten Ogan Komering Ilir.
Di desa tertua di Bumi Bende Seguguk ini terdapat ratusan kerbau rawa yang dimiliki oleh warga setempat. Susu kerbau tersebut lah yang diolah menjadi gulo puan.
Gulo Puan ini juga menjadi hadiah yang diberikan dari warga di daerah tersebut kepada Kesultanan Palembang Darussalam, sebagai tanda terima kasih karena telah dibebaskan pajak.
"Saat masa kesultanan puluhan tahun lalu, para bangsawan biasanya menjadikan gulo puan sebagai pengganti gula pasir atau camilan sehari-hari," ujar Sekdes Bangsal, Alifiah.
Seiring berkembangnya waktu, Gulo Puan juga menjadi kudapan khas bagi masyarakat Palembang dan sekitarnya.
"Biasanya dijual di Masjid Agung Palembang setiap hari Jumat, selain itu juga dijual melalui media sosial. Untuk sekarang permintaan cukup banyak datang dari pulau Jawa, Lampung dan sekitarnya," ucapnya.
Dijelaskannya, pembuatan Gulo Puan ini bergantung pada peternakan kerbau rawa di Desa Bangsal dan sekitarnya.
Saat musim hujan, produksi susu menjadi lebih tinggi, setiap kerbau rawa yang menyusui dapat menghasilkan 1,5-2 liter susu.
Kondisi ini didorong oleh melimpahnya pakan saat rawa-rawa kembali tergenang.