Laporan Wartawan Tribun Jakarta, Muhammad Zulfikar
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menjelang Lebaran, bisnis parsel di Stasiun Cikini, Jakarta Pusat, kembali menggeliat. Selain kios-kios pedagang parsel dan keranjang rotan di Blok A dan B, sejumlah tenda pedagang musiman telah berdiri di sekitar area stasiun.
Tepat dibawah Stasiun Cikini puluhan toko menjajakan parsel dengan berbagai ukuran. Bentuknya pun bermacam-macam dengan berbagai isi. Mulai dari isi makanan atau barang pecah belah.
Banyak masyarakat berburu parsel sebagai bingkisan yang dikirim ke relasi atau kerabat. Peluang ini pun tak dilewatkan oleh para pedagang parsel. Tak heran, pada Ramadan ini, banyak pedagang yang menjajakan keranjang parsel di ibukota.
Pantauan Tribun Jakarta (TRIBUNnews.com Network) di lokasi, terlihat banyak bingkisan parsel bernuansa Islami dijajakan. Salah satu toko parsel yang ada di Stasiun Cikini adalah Toko Kembar.
Andi, staf pemasaran Toko Kembar, mengatakan meskipun ramai tapi berdasarkan pengalaman, peningkatan penjualan parsel baru terlihat dua minggu sebelum Lebaran. Biasanya, penjualan parsel di Toko Kembar bisa naik hingga 33 persen. Jika biasanya Toko Kembar hanya menjual 10 parsel setiap harinya, maka mendekati Lebaran bisa menjual 40 parsel.
Toko Kembar sendiri menyediakan dua jenis parsel, yakni parsel yang berisi makanan kering dan parsel keramik.
Biasanya parsel makanan kering diisi oleh biskuit, coklat, sirup, teh, kopi dan makanan kecil. Sedangkan, untuk parsel keramik isinya bisa dipilih. Pilihannya adalah tea set, toples kue, toples permen, atau kitchen set yang berisi peralatan masak.
Toko yang terletak persis di bawah stasiun itu membanderol satu unit parsel makanan sebesar Rp 300 ribu hingga Rp 800 ribu. "Namun kalau ada yang mau pesan mix, perpaduan keduanya harganya Rp 1 juta," ujar Andi.
Andi mengungkapkan, tidak ada yang mendominasi untuk penjualan kedua jenis parselnya itu. "Permintaan parsel makanan dan keramik sama aja, tidak ada yang dominan," katanya.
Dalam sehari produksi parsel toko Kembar pun terbilang cukup banyak yaitu sebanyak 20 parsel-30 parsel. "Waktu pembuatan tidak lama, tidak sampai 1 jam," ujarnya.
Andi menuturkan, salah satu kendala yang dihadapi dalam bisnis ini adalah kesulitan untuk alas parsel. Biasanya alas parsel menggunakan rotan atau kerajinan dari Tasikmalaya, Jawa Barat, yang biasa disebut mendong.
Andi menjelaskan kalau mau Lebaran seperti sekarang ini pasokan rotan suka kurang. "Karena pas Lebaran kan banyak orang yang buat parsel juga, bukan di sini (Stasiun Cikini) saja," ujarnya. (*)
Laporan Mengenai Bisnis Parsel di Tribun Jakarta