Dedi menambahkan bahwa dirinya bersama teman-temannya berjualan dari pukul 13.00 WIB hingga 01.00 WIB. Hal ini dilakukan agar mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya.
"Perhari bisa ngantongin uang sebesar Rp 150 ribu sampai Rp 200ribu. Kalau di kampung mah tidak bisa," katanya.
Menurut Dedi tidak ada salahnya untuk melestarikan kuliner khas Betawi yaitu kerak telor. Pasalnya, selama ini kerak telor sudah semakin hilang peredarannya di Jakarta sendiri.
"Ini memang budaya orang Betawi, tapi kan enggak ada salahnya karena enggak ada yang melestarikan. Harusnya orang Betawi bangga sudah ada penerus," katanya.
Sobar (65), pedagang kerak telor yang sempat dibeli dagangannya oleh Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo (Jokowi) mengaku keberatan dengan uang sewa yang dia bayarkan Rp 400 ribu kepada pengelola. Pasalnya menurut dia, dagangan yang laku adalah yang berada di dalam area JIExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat.
"Mahal sewanya Rp 400 ribu. Karena kadang suka sepi. Keuntungannya cuma untuk makan sehari-hari saja," katanya.
Sobar menuturkan bahwa jika ingin berdagang di kawasan JIExpo, Kemayoran, memerlukan dana yang cukup besar. Oleh sebab itu, dia lebih memilih untuk berdagang dipinggiran jalan H.Sueb, Kemayoran, Jakarta Pusat.
"Disini aja sewanya Rp 400 ribu. Apalagi di dalam pasti butuh modalnya yang besar. Saya tidak punya modal kalau tinggi," katanya.
Sobar berharap suatu ketika dia bisa berdagang di dalam kawasan JIExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat. Karena para pelanggan kebanyakan berada di area tersebut. "Saya pengen dagang di dalam biar dagangan saya laku keras," katanya.