TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Raja Copet Jakarta, Tomo (56) akhirnya menyerah di tangan aparat Polisi dari Unit V Subdit Resmob Ditreskrimum Polda Metro Jaya pada 27 Agustus 2015 lalu. Dia pun menceritakan beberapa kisah soal dunia pencopet di Jakarta.
Tomo berkisah, dia mulai jadi copet sejak tahun 1990. Usianya masih 31 tahun waktu itu. "Ikut-ikutan saja. Semua copet begitu awalnya. Belajar dari ikut-ikutan," ucap Tomo kepada Wartakotalive.com, saat jumpa pers di Polda Metro Jaya, Jumat (28/8/2015).
Pertama, biasanya seorang pencopet bertugas sebagai 'pengerem'.
Tugasnya adalah memperlambat jalan korbannya.
Setelah itu, baru jadi pendesak atau yang bertugas memepet korbannya di kiri dan kanan.
Lalu, selanjutnya baru jadi eksekutor atau yang bertugas mengambili barang korbannya, menyobet tas korban dan sebagainya.
Namun, ucap Tomo, biasanya setelah copet menjadi senior dan mulai membentuk kelompok sendiri, maka copet senior akan menyerahkan tugas pendesak dan eksekutor ke anak buahnya.
"Saya juga sekarang jadi pengerem saja," ucap Tomo.
Sebab, kelompoknya sekarang berisi copet-copet yang pengalamannya dibawah Tomo.
Tomo mengakui bahwa Ia kerap berpindah-pindah kelompok copet selama 25 tahun. Dan Ia kerap pula membentuk kelompok baru. Kini bekas anak buahnya adapula yang sudah membentuk kelompok baru.
"Makanya, ada banyak copet yang mangkal di Terminal Pulo Gadung itu dan saling kenal," ucap Tomo.
Menurut Tomo, copet sama saja seperti karyawan.
Terutama, copet-copet yang sudah bekerja lebih dari lima tahun secara konsisten sebagai copet. Punya jam kerja dan keteraturan, serta banyak orang di tempat nongkrong mereka juga sudah tahu siapa dirinya.
Sama seperti Tomo, selama 25 tahun jadi copet, Tomo punya keteraturan datang pukul 05.00 WIB di Terminal Pulo Gadung.