Keluarga dan kerabat Mirna menangis saat peti berwarna putih dimasukkan ke liang kubur.
Tak terkecuali kembaran Mirna, Sendy Salihin (27) yang histeris saat pemakaman berlangsung.
Sendy yang mengenakan kemeja putih tampak berlinang air mata, sambil dibopong oleh keluarganya. Karangan bunga memenuhi di sekeliling makam Mirna.
Autopsi dua jam
Suasana rumah Duka RS Dharmais tempat jenazash Wayan Mirna Salihin disemayamkan, beberapa jam sebelum dimakamnya, Sabtu (9/1) menjelang tengah malam.
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Krishna bersama timnya mendatangi rumah duka.
Dia berbicara cukup serius dengan beberapa anggota keluarga Mirna, termasuk suami dan orangtuanya.
Krishna meminta izin untuk mengautopsi jenazah Mirna yang sudah dirapihkan di dalam peti jenazah berwarna putih
Krishna dan timnya menduga wanita yang tewas usai minum kopi adalah korban pembunuhan. Hal itu yang membuat polisi berniat melakuan autopsi untuk membuktikan dugaan tersebut.
Meski sempat menolak, pihak keluarga akhirnya setuju. Lebih kurang 1,5 jam polisi berdiskusi dengan keluarga Mirna untuk proses autopsi.
Krishna Murti didampingi Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Musyafak serta Kasubdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya, Ajun Komisaris Besar Herry Heryawan.
Jenazah Mirna kemudian dibawa ke RS Polri Kramat Jati pada pukul 23.30. Kemudian Minggu (10/1) pukul 02.15, jenazah sudah selesai diautopsi. "Hasil autopsinya signifikan," kata Krishna (Tribunnewsbogor/ote)