TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama akan menertibkan kawasan Kalijodo Jakarta Utara.
Ini dilakukan karena tempat yang berada di bantaran kali Banjir Kanal Barat itu berdiri di tanah milik negara.
Daeng Aziz, tokoh masyarakat Kalijodo, menolak penertiban kawasan yang dikenal sebagai tempat prostitusi itu.
Dia menolak karena warga di sana akan kehilangan mata pencaharian.
Terkait itu, Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Krishna Murti, meminta pemerintah supaya tak takut terhadap Azis.
Dia menilai Azis tak seperti yang dibayangkan.
Krishna sempat bertemu Azis di Kalijodo sekitar satu setengah bulan lalu.
Semula Azis tak mengenali Dir Reskrimum Polda Metro Jaya itu.
Namun, setelah diberikan penjelasan, dia menyapa Krishna "Oh komandan dulu yang kapolsek (Kapolsek Penjaringan,-red)".
"Dia bukan tokoh, bukan daeng. Azis namanya. Dia mengaku daeng, daeng kan gelar. Dia tak seperti yang dibayangkan orang-orang," tutur Krishna ditemui di Mapolda Metro Jaya, Selasa (16/2/2016).
Saat menjabat Kapolsek Penjaringan pada periode 2001-2004, Krishna mengaku pernah menangkap dan menahan Azis.
Dia ditangkap karena terlibat perjudian dan kepemilikan senjata api.
Azis pernah menodongkan senjata api kepada Krishna.
Namun, menurut Krishna, Azis saat ini tak seperti dahulu sehingga pemerintah dapat melakukan sosialisasi kepada dia dan warga untuk menertibkan kawasan Kalijodo.
Azis masih mempunyai kafe di tempat itu.
"Sudah tak ada masalah. Dia lama-lama tak melawan. Dia pernah saya tangkap dan tahan, setelah nodong saya. Itu dulu masa-masa saya masih AKP, kompol. Dia mungkin nurut cuma mungkin butuh sosialisasi," kata dia.
Seorang diri Krishna mendatangi kawasan Kalijodo. Dia melihat kafe-kafe dan tempat hiburan malam masih tumbuh di sana. Ada sekitar 50 kafe. Secara premanisme kelompok bersenjata seperti dahulu tak dia lihat.