Bahkan, terhitung ada 20-50 warga yang rajin mengaji di masjid itu. Pria yang enggan disebutkan namanya ini kembali mengatakan, dirinya yang tinggal 12 tahun di Kalijodo, merasa sayang apabila masjid yang sering disambanginya akan dirubuhkan.
"Jangan saya, ibu-ibu majelis ta'lim RW 05, bapak-bapak yang doyan rajin di sini, sama yang jemaah di Mushalla Al - Muttaqin pada kecewa mendengar Ahok akan merobohkan dua rumah Allah di Kalijodo. Padahal, ada saja preman di sini salat ya. Sayang sekali ya, mau dirobohin (sambil menatap atap masjid). Jujur, kecewa saja dengar katanya masjid di sini sama di musala Al-Muttaqin mau dibongkar. Itu rumah Allah loh," katanya.
Dirinya mengaku sebagai pedagang bakso keliling ini, hanya bisa pasrah akan rencana Ahok. Selain pasrah, dirinya belum tahu menahu akan pulang kampung di Solo, atau ikut pendaftaran untuk mendapatkan unit Rusunawa.
"Gak tahu saya. Masih blank.. hehe.. Saya pulang dulu," ungkapnya.
Salah seorang wanita yang mengaku bernama Wenti ini, tak begitu sering mengadakan pengajian, zikir, atau semacam acara keagamaan Islam lainnya. Menurut dia, tak semua ibu-ibu yang tinggal di Kalijodo melaksanakan kegiatan hal tersebut.
"Kalau pengajian atau majelis ta'lim, ramai juga sih ibu-ibunya. Saya juga doyan ikut. Tapi udah gak lagi karena makin lama makin sedikit. Tapi ya ada aja yang ngadain. Kadang gak sama sekali," ujar warga RT 03 ini.
Dikatakan wanita beranak tiga ini, adanya rencana Ahok untuk mengubah Kawasan Kalijodo mencari RTH, membuatnya kecewa. Selain ingin pulang kampung, dirinya masih kebingungan dan merasa sayang akan Kalijodo.
"Padahal saya warga baik-baik, di sini baik-baik pak orangnya. Sementara, kalau masalah PSK, itu orang luar semua pak. Bukan warga di sini. Mereka ada beberapa yang ngekost di sini memang. Ada juga yang tinggalnya di luar. Tapi ada loh, wanita (yang kerjanya) 'begituan' ya, ikut ngaji tuh di sini," tuturnya.