TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Air mata Ria (32) mengalir deras tak terbendung. Ia khawatir akan kondisi anaknya ABH (4,5) yang selama ini memperoleh vaksin di RS Harapan Bunda, Jakarta Timur.
Pasalnya RS Harapan Bunda termasuk satu dari belasan rumah sakit penerima vaksin palsu yang diumumkan Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek.
Kekhawatiran Ria semakin bertambah manakala anaknya sekarang menderita penyakit tuberkolosis sejak April 2015.
Padahal semenjak lahir anaknya selalu diikutsertakan untuk program vaksinasi di RS Harapan Bunda.
Ia pun mempertanyakan vaksin yang selama ini diberikan kepada anaknya.
"Anak saya sekarang jadi pasien TB (tuberkolosis). Pantesan berat badan anak saya terus berkurang, gampang sakit-sakitan," ungkapnya sambil menangis, Kamis (14/7/2016).
Ria mengaku selama ini rutin memberikan vaksin kepada anaknya. Bahkan biaya yang dikeluarkan tidak sedikit untuk setiap vaksin yang diberikan.
"Saya ada buktinya (vaksinasi). Kalau biaya tergantung, misalnya DPT ada dua jenis yang demam dan enggak demam. Kalau yang enggak biaya bisa Rp 600.000," katanya.
Ia mengaku sejak anaknya lahir, Ria selalu mempercayakan perawatan kesehatan anaknya di RS Harapan Bunda.
Namun rasa kecewa yang sangat besar tidak terbendung manakala mengetahui informasi yang didapat sekarang ini.
"Saya sangat kecewa, saya sudah bayar mahal tapi begini. Saya mampu bayar yang penting anak saya dijamin (kesehatannya). Saya cuma minta pertanggungjawaban rumah sakit," ungkapnya.
Ria sendiri sempat menemui pihak perwakilan rumah sakit, namun pertemuan tersebut hanya untuk pendataan saja tanpa ada solusi.
Mereka beralasan pihak rumah sakit saat ini sedang berada di Kementerian Kesehatan untuk berkoordinasi.
Situasi dan kondisi di RS Harapan Bunda, Jakarta Timur berlangsung tegang.