News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pilgub DKI Jakarta

Menunggu Megawati, Siapa Calon yang Akan Dia Dorong Maju ke DKI 1

Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Megawati

Megawati, melalui proses yang panjang, berhasil membawa partainya berjaya tahun 2014.

Banyak cerita soal suasana kebatinan yang muncul di internal PDI-P, khususnya ketika Megawati menunjuk Jokowi menjadi capres.

Tapi, semua keriuhan di “kandang banteng” mendadak berhenti. Seluruh pengurus, kader, dan simpatisan partai sampai tingkat anak ranting "tegak lurus" menjalankan instruksi saat Megawati meminta Jokowi-JK dimenangkan

Saat itu, Megawati mengatakan, Pemilu 2014 bukan hanya penting secara politik, tetapi juga penentu perbaikan bangsa ke depan.

"Sekarang saya kasih kalian seorang jagoan (Jokowi). Kalau kalian enggak memenangkan, maka PDI-P selamanya enggak akan memiliki presiden," ucap Megawati, saat menyampaikan orasi politiknya di Lapangan Trikoyo, Klaten, Jawa Tengah, Sabtu (5/4/2014) silam.

Keberhasilan pada Pemilu 2014 mengokohkan posisi Megawati sebagai politisi berpengaruh dalam peta politik nasional. Secara bersamaan, Pilkada DKI juga disebut sebagai pijakan menuju kursi RI 1.

Jagoan PDI-P

Kini, jelang bergulirnya Pilkada DKI 2017, teka-teki mengenai keputusan Megawati kembali mencuri perhatian. Semua partai politik menanti keputusannya menetapkan pasangan cagub dan cawagub DKI Jakarta yang akan diusung PDI-P.

Konstelasi politik di Jakarta masih sangat dinamis selama PDI-P, fraksi yang memiliki kursi terbanyak di DPRD DKI Jakarta, belum menetapkan "jagonya".

Awalnya, PDI-P diprediksi akan mengusung Ahok sebagai cagub pada Pilkada DKI Jakarta. Sebagai petahana, elektabilitas Ahok sangat tinggi dan memiliki kedekatan personal dengan Megawati.

Tapi, Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari menilai, banyak kader PDI-P di Jakarta yang menolak Ahok diusung menjadi cagub. Situasinya sangat mungkin berubah jika Megawati menggunakan hak prerogatifnya untuk memilih Ahok.

"Ada faktor Ibu Mega masih memiliki hati kedekatan dengan Ahok. (Tapi) sulit juga, pengurusnya enggak mau sama Ahok, Ibunya (Megawati) kasih peluang," ujar Qodari.

Penolakan dari tubuh PDI-P muncul khususnya saat Ahok mengungkapkan rencananya maju melalui jalur independen. Relawan pendukungnya, "Teman Ahok", mengklaim berhasil mengumpulkan satu juta KTP dukungan untuk mengusung Ahok.

Sontak, suara-suara kritis terdengar dari sejumlah elite PDI-P. Langkah Ahok yang sempat memilih jalur independen dianggap mengerdilkan marwah partai politik.

"Wajar saja kalau Ahok selalu membuat manuver politik yang akan menguntungkan kepentingan dirinya, termasuk mengklaim bahwa dia akan mendapatkan dukungan politik dalam Pilkada DKI 2017 dari Ibu Megawati," ucap Wakil Sekjen DPP PDI-P Ahmad Basarah.

Menurut Basarah, politik merupakan hal dinamis. Ahok pun bisa saja mendapat dukungan politik dari PDI-P pada Pilkada DKI 2017.  Namun, Basarah menegaskan soal "mazhab" PDI-P sebagai partai politik yang menjalankan ideologi Pancasila sehingga tidak dapat mendukung calon perseorangan.

"Satu hal yang pasti, PDI-P tidak akan mungkin mendukung calon perseorangan karena hal itu akan bertentangan dengan 'mazhab' ideologi PDI-P yang berpahamkan ideologi Pancasila," ujarnya.

Ideologi Pancasila, kata Basarah, mengutamakan gotong royong atau kolektivisme. Hal itu diterjemahkan dengan perjuangan politik melalui jalur kepartaian.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini