Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) ingin namanya dikenang sebagai pemimpin Jakarta yang berhasil mengurangi titik banjir di Jakarta.
Data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jakarta, frekuensi banjir di Jakarta pada periode Januari-Agustus, tahun ini, berkurang dibandingkan 2015 lalu.
Tercatat tahun ini, ada 700 kasus banjir.
Sementara pada periode yang sama tahun 2015 mencapai 889 kasus.
Jumlah kasus banjir pada periode yang sama berkurang 189 kasus.
Rincian kasus banjir yang terjadi selama 2015 yakni Januari 221 kasus, Februari 613 kasus, Maret 30 kasus, April 18 kasus, serta Mei delapan kasus.
Sementara selama tiga bulan, yakni Juni, Juni dan Agustus 2015 tidak ada kasus banjir di Jakarta.
Sedangkan rincian kasus banjir selama 2016 yakni, januari 26 kasus, Februari 231 kasus, Maret 93 kasus, April 134 kasus, Mei 26 kasus, Juni 49 kasus, Juli 59 kasus, dan Agustus 82 kasus.
Ahok menegaskan, akan terus melangsungkan penertiban.
Dengan begitu, dia ingin dikenang sebagai gubernur yang bisa mengurangi banyak jumlah titik banjir di Jakarta.
Ahok mengaku tidak peduli dengan elektabilitasnya tergerus jelang Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta 2017.
"Saya tidak peduli, yang penting orang kenang saya. Saya yang bisa membuat titik banjir di Jakarta berkurang banyak."
"Itu lebih penting daripada menjabat lima tahun lagi," ujar Ahok di Balai Kota, Jakarta Pusat, Rabu (28/9/2016).
Ahok tidak masalah, bila dirinya tidak terpilih dalam Pilkada DKI Jakarta 2017.
Baginya, terpenting warga bisa mengingat namanya sebagai pemimpin berpengaruh untuk kemajuan ibu kota.
Seperti warga mengenang Gubernur DKI Jakarta ke-9 Ali Sadikin.
Ali dikenang warga, karena berhasil membuat Jakarta mengalami banyak perubahan.
Proyek-proyek pembangunan buah pikiran Bang Ali, seperti Taman Ismail Marzuki, Kebun Binatang Ragunan, Proyek Senen.
Kemudian Taman Impian Jaya Ancol, Taman Ria Monas, Taman Ria Remaja, kota satelit Pluit di Jakarta Utara, pelestarian budaya Betawi di kawasan Condet, dan lain-lain.
"Buat apa lima tahun lagi, tapi orang bilang, 'ah! dulu Gubernur Ahok tidak bisa kerja. Ini Kampung Pulo, Bukit Duri ditinggalin'," katanya.
Lebih baik namanya dikenang membawa perubahan bagi Jakarta.
"Mendingan orang bilang, 'oh ini siapa yang bikin, Ahok loh'. Lumayan nama dikenang," kata Ahok.
Lanjut dia, seperti Ali Sadikin, sudah meninggal begitu lama, seolah-olah masih hidup.
"Semua orang ngomongin Ali Sadikin melulu. Kayak dia masih hidup, kayak Gus Dur orang masih ngomongin. Bagi saya nama baik lebih penting dari jabatan," kata Ahok.