News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Dibekingi Aparat, Pedagang Liar Ancam PKL Resmi Pakai Golok dan Pedang di Kota Tua

Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Foto dokumentasi/Petugas Satpol PP sedang mengangkat puing gusuran PKL yang dibersihkan dari Kawasan Kota Tua, Jakarta Barat, Kamis (9/6/2014). Berbersihan pedagang kaki lima membuat tempat wisata ini lebih bersih dan menghilangkan kekumuhan. (Warta Kota/Henry Lopulalan)

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemindahan pedagang kaki lima (PKL) binaan Dinas KUMKMP Pemprov DKI Jakarta (PKL resmi) dari Jalan Cengkeh ke Jalan Kunir di kawasan Kota Tua, Kecamatan Tamansari, Jakarta Barat, berimbas keributan.

Pedagang liar mengancam PKL resmi menggunakan golok dan samurai, hanya beberapa jam usai pemindahan pada Sabtu (11/3/2017) malam.

Pemindahan PKL resmi dilakukan Sabtu sore dikawal Satpol PP dan petugas Sudin KUMKMP Jakarta Barat.

Baca: Jokowi: PKL Kota Tua Kreatif

Tapi begitu Satpol PP dan petugas Sudin KUMKMP Jakarta Barat meninggalkan lokasi sekitar pukul 22.00, keributan mulai terjadi.

Sejumlah PKL resmi didatangi pedagang liar bersama preman dan diancam memakai golok serta samurai.

Ada pula yang dimaki dan dibentak pedagang liar agar segera mencopot lapaknya dan pergi dari Jalan Kunir.

Warni Mariah (43), salah satu PKL resmi, mengatakan, sekitar pukul 23.00, lapaknya didatangi preman bernama Moris.

Moris memaki-maki dirinya dan meminta agar lekas pergi dari Jalan Kunir. Warni yang ketakutan buru-buru mencopot lapaknya dan pergi.

"Saya takut lah, yang mendatangi saya itu preman disini," kata Warni ketika ditemui Wartakotalive.com di kawasa Kota Tua,Jakarta Barat, Minggu (12/3/2017) sore.

Sedanga Sri Yuliani (48), PKL resmi penjual minuman, mengaku diintimidasi pedagang liar dan preman hanya beberapa saat setelah petugas Satpol PP pergi.

Lapak milik Sri dipindah paksa oleh pedagang liar dan preman. Sri yang tadinya berada di posisi depan, terselip di antara pedagang liar, seketika berpindah ke lokasi paling pojok dan di belakang.

Dia pun masih dimaki berulang kali oleh preman yang menenteng golok di dekatnya. Tak nyaman berdagang, Sri memilih kabur sambil menangis.

Rumina (44), pedagang lainnya, lebih ketakutan lagi. Dia disuruh pindah oleh beberpa preman lainnya yang datang ke lapaknya sambil menenteng samurai dan golok.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini