Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Syaiful Hidayat mengungkapkan alasan mendapat suara 43 persen dalam putaran pertama Pilkada DKI Jakarta.
Padahal, tingkat kepuasan pasangan Ahok-Djarot saat memimpin ibukota diatas 50 persen.
Djarot pun menjawab secara terus terang perbedaan angka yang cukup jauh itu.
"Faktor yang dimainkan mohon maaf politisasi SARA. Sehingga ada ketakutan, keengganan menunjukkan pilihan ke Basuki-Djarot," kata Djarot dalam acara Rosi dan Kandidat Pemimpin Jakarta di Djakarta Theater, Jakarta, Minggu (3/4/2017).
Padahal, kata Djarot, publik memilih pemimpin pemerintahan bukan pemimpin agama.
Baca: Djarot Klaim Programnya Bareng Ahok Saat Ini Untungkan Kaum Perempuan
Faktor kedua adanya anggapan Basuki-Djarot tukang gusur.
Djarot mengakui bila dirinya berkunjung je pemukiman padat, warga meminta jangan digusur.
"Jadi dua isu ini sering kami terima. Ini kok elektabilitasnya tidak sesuai. Jujur masalah SARA (paling dominan)," kata Djarot itu.
Senada dengan Djarot, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) pernah berkunjung ke wilayah perumahan di lokasi cekungan.
Isu yang berkembang rumah di lokasi itu akan digusur untuk dijadikan danau.
"Isunya mau ditenggelamkan, darimana ceritanya," katanya.
Padahal, ia bersama Ahok hanya tidak ingin melihat rumah warga jelek, sehingga rumah warga perlu dibedah.
"Tapi dilapangan isunya Ahok anti orang miskin. Ceritanya enggak dibaca sampai habis," kata Ahok.
"Kita enggak suka rumah jelek, kita bongkar dan bangun yang bagus," timpal Djarot.