TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bangsa Indonesia kini bisa membanggakan diri berkat sukses terbangunnya jembatan melengkung terpanjang di tanah air.
Jembatan lengkung terpanjang tersebut adalah Simpang Susun Semanggi yang berada di kawasan Semanggi, Jakarta Pusat. Panjang Simpang Susun Semanggi mencapai 1,8 kilometer.
Karya monumental ini berbentuk jalan melingkar bulat di atas jalan Simpang Semanggi yang yang dibangun Presiden Soekarno tahun 1961.
"Jembatan Semanggi ini dibangun Presiden Soekarno, dikembangkan Presiden Soeharto dengan jalan tol dan disempurnakan Presiden Joko Widodo dengan Simpang Susun ini," ujar General Superintend PT Wijaya Karya (Wika) Ketut Pasek Senjaya Putra yang menjadi pelaksana pengerjaan proyek Simpang Susun Semanggi kepada Tribunnews.com.
Ketut Pasek juga tak lupa menyebut nama Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang terlibat aktif membangun Simpang Susun Semanggi ini.
Duhulunya, kawasan tempat dibangunnya jembatan Semanggi itu berupa rawa-rawa dan banyak tumbuh tanaman Semanggi.
Dalam satu kesempatan, Bung Karno pernah mengemukakan filosofi daun Semanggi. Filosofi yang dimaksud adalah simbol persatuan.
Kini, Jembatan Semanggi telah menjadi sejarah, sekaligus saksi sejarah bagi banyak peristiwa penting di negeri ini.
Pada masa awal pembangunannya, banyak pihak yang memprotes, karena dianggap sebagai proyek yang menghambur uang negara. Padahal, masih banyak rakyat yang menderita, karena kemiskinan.
Namun, Bung Sukarno melihat jauh ke depan dan untuk kepentingan yang lebih besar.
Sebenarnya, ide awal Bung Karno adalah membangun sebuah stadion olahraga megah di kawasan Senayan.
Saat ide itu akan digulirkan, Soekarno menggelar rapat kabinet. Di sanalah, Ir Sutami, yang ketika itu menjabat sebagai Menteri Pekerjaan Umum (PU), mengusulkan agar dibangun jembatan untuk mengatasi kemungkinan munculnya persoalan kemacetan lalu lintas.
Karena di situ merupakan titik pertemuan jalan besar, antara Jalan Gatot Soebroto dengan Jalan Sudirman.
Akhirnya, diputuskan oleh Bung Karno agar pembangunan Jembatan Semanggi dijadikan satu paket dengan pembangunan Gelora Senayan (sekarang Gelora Bung Karno), Hotel Indonesia, dan lain-lain.