TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara menyebut tidak mudah membekuk sindikat Saracen. Sebab, kelompok ini kerap membajak akun orang lain untuk menebarkan konten kebencian.
Kelompok ini akan berganti akun setelah aparat keamanan mendeteksi aksi hoaks mereka.
"Ditutup satu, muncul yang lainnya, tutup lagi muncul yang lain," kata Rudiantara di Jakarta, Minggu (27/8/2017).
Menurutnya, para pelaku yang berhimpun dalam Saracen bisa dikenakan pasal pembajakan akun sesuai dengan Undang undang informasi dan transaksi elektronik.
Hukuman delapan tahun penjara bisa dikenakan terhadap para pelaku Saracen.
"Kelompok ini buat bajak akun yang lain. Ini tuntutannya paling tinggi delapan tahun (pasal 46 ayat 3 UU ITE) membajak akun orang lain," ujar Rudiantara.
Satgas Patroli Siber Bareskrim Polri berhasil menangkap kelompok Saracen yang diduga melakukan kampanye penyebar ujaran kebencian yang bernuansa SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan) di dunia maya.
Baca: Penjelasan BMKG terkait Gempa 5,1 Skala Richter di Selatan Pacitan
Polisi menangkap anggota kelompok Saracen yang terdiri dari JAS (32) yang ditangkap di Pekanbaru, Riau, SRN (32) yang ditangkap di Cianjur, Jawa Barat, serta MFT (43) yang ditangkap di Koja, Jakarta Utara.
"Mereka menyediakan jasa penyebaran ujaran kebencian yang bermuatan SARA maupun hoax melalui media sosial, mereka menamakan kelompok Saracen," ujar Kasubdit 1 Dit Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri, Kombes Pol Irwan Anwar, Rabu (23/8/2017) lalu.
Kasubbag Ops Satgas Patroli Siber Bareskrim Polri, AKBP Susatyo Purnomo mengungkapkan, kelompok ini telah melakukan aksinya sejak November 2015.
"Kelompok Saracen memiliki struktur sebagaimana layaknya organisasi pada umumnya," jelas Susatyo Purnomo.
Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat ( MPR) RI, Zulkifli Hasan pun angkat suara terkait penangkapan kelompok penyebar hoaks dan kebencian tersebut. Ia meminta kelompok Saracen dihukum berat.
"Itu (Saracen) harus dihukum berat, itu memecah belah, merusak, memfitnah lebih kejam dari pembunuhan," kata Zulkifli.