Pihak sekolah berencana semester depan akan memindahkan ruang belajar tersebut ke ruang labotarium di lantai dua.
Sementara itu, KPAI juga menemukan sambungan tangga dengan selasar di lantai dua yang riskan mencelakakan anak-anak. Jika tidak hati-hati melangkah, maka akan berpotensi membuat siswa terpeleset dan jatuh ke arah anak tangga.
Menurut informasi, bangunan berlantai dua tersebut dibangun pada tahun 1880, lebih muda sekitar 64 tahun dari bangunan yang roboh tersebut.
Tim KPAI menyaksikan pohon-pohon yang tumbang akibat reruntuhan bangunan yang roboh tersebut.
Mereka menyaksikan sisa-sisa keindahan bangunan yang setengahnya masih berdiri, hanya bagian atas bangunan yang roboh. Bahkan sebagian kayu-kayu ukir pun masih terlihat indah dan kokoh berdiri.
Pengajuan rehabilitasi
Pihak sekolah sudah mengajukan permohonan rehab total bangunan pada tahun 2014.
Pengajuan dilakukan ke Dinas Pendidikan dan Dinas Pariwisata Provinsi DKI Jakarta mengingat gedung tersebut merupakan cagar budaya yang harus dilestarikan.
Selanjutnya, pada 18 Desember 2017, ada perwakilan Dinas Pariwisata yang meninjau bangunan SMPN 32.
Namun, sayangnya rencana rehabilitasi tak kunjung dieksekusi sampai akhirnya bangunan tersebut roboh, Kamis, 21 Desember 2017.
Padahal, kondisi gedung sangat memprihatinkan. Itu karena lahan SMPN 32 Jakarta kondisinya miring ke sisi utara sehingga berpotensi juga membahayakana peserta didik, guru, dan warga sekolah.
Diduga, tanah di sisi utara sekolah amblas akibat banjir yang kerap menggenang di tahun-tahun sebelum Kali Krukut di depan sekolah dinormalisasi.
SMPN 32 Jakarta pernah mengalami banjir besar, 5 Januari 2011. Pada 4 Februari 2015, ketinggian air kala itu mencapai pinggang orang dewasa.(*)