Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menanggapi banyaknya keluhan terkait kemacetan di kawasan niaga Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, semenjak Pedagang Kaki Lima (PKL) diberikan lapak khusus, Wakil Kepala Dinas Perhubungan DKI Sigit Wijatmoko buka suara.
Ia menyebut kemacetan itu merupakan hal yang biasa.
Kendati demikian, pihaknya akan terus mengamati perkembangan usai ditetapkannya kebijakan tersebut oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sejak sepekan lalu.
Baca: Indra Bekti Ulang Tahun ke-40, Sang Istri Khawatirkan Puber Kedua
"Ya kan (macet itu) biasa, artinya begini, satu kebijakan kan kita amati dan kita evaluasi hari-harinya kan," ujar Sigit, di Balai Kota DKI, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Kamis (28/12/2017).
Ia menambahkan, saat ini yang tengah dibahas adalah mengenai penataan kawasan niaga terbesar se-Asia Tenggara.
Sehingga fokus pembahasan tentu saja pada bagaimana menyiasati kesemrawutan yang sempat ditimbulkan PKL di kawasan tersebut melalui cara merekayasa lalu lintas.
"Kan ini juga bicara penataan kawasan Tanah Abang, bicaranya adalah rekayasa lalu lintas, apa yang menjadi tujuannya, kan tadi kita membangun namanya kawasan Tanah Abang," kata Sigit.
Ia mengklaim penerapan rekayasa lalu lintas yang dilakukan seiring dengan diterapkan pula kebijakan 'boleh berdagang' di jalur depan Stasiun Tanah Abang, bisa menimbulkan perubahan.
Menurutnya, perubahan tersebut juga akan berdampak pada pola perilaku masyarakat ibukota dalam menggunakan transportasi umum.
"Bagaimana pendekatan transportasi ini bisa mengubah pola perjalanan dan nanti juga merubah pola perilaku masyarakat, khususnya menggunakan angkutan umum," tegas Sigit.
Perlu diketahui, Pemprov DKI memang tengah mencoba mengatasi kesemrawutan kawasan niaga Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, sejak Jumat lalu, 22 Desember 2017.
Solusi yang coba dilakukan oleh Pemprov DKI adalah dengan memberlakukan penutupan jalur yang ada tepat di depan Stasiun Tanah Abang.