Menurut tersangka, anak-anak sering mendatangi dirinya di gubuk yang didirikan tersangka.
Kedatangan anak-anak karena menganggap pelaku memiliki ajian semar mesem dan bisa mengobati orang sakit.
"Tersangka sendiri mengaku sehari-hari berprofesi sebagai guru honorer di salah satu SD di kawasan Rajeg," ucapnya.
Anak-anak itu kemudian meminta ajian semar mesem kepada tersangka.
Baca: Mayat Pria Dengan Leher Nyaris Putus Gegerkan Warga Pasuruan
Atas permintaan itu, pelaku bersedia memberikan ajian semar mesem asalkan ada mahar atau semacam kompensasi uang.
Namun, untuk mahar uang, anak-anak mengaku tidak memilikinya.
Tersangka kemudian mengatakan, mahar uang bisa diganti asalkan anak-anak bersedia disodomi.
Berdasarkan pengakuan tersangka, anak-anak bersedia disodomi olehnya.
"Tersangka juga mengaku mengolesi minyak ke anus korbannya sebelum disodomi," tuturnya.
Setelah itu, tersangka memerintahkan anak-anak untuk menelan gotri yaitu logam bulat kecil yang diklaim tersangka sebagai bagian dari ritual pemberian ajian.
Selain itu, jika ada anak yang menolak disodomi, tersangka menakut-nakuti korban bahwa jika tidak bersedia disodomi maka akan menerima kesialan selama 60 hari.
"Atas dasar itulah, akhirnya anak-anak bersedia disodomi. Tersangka mengatakan, kebanyakan anak yang menjadi korbannya enggan bercerita ke orang lain karena malu atau takut," kata Sabilul.
Tersangka juga mengatakan, gubuk yang didirikanya di Sakem, Tamiang berdekatan dengan Pondok Pesantren.
Pelaku mengklaim memiliki suara bagus sehingga banyak anak pesantren yang mendatanginya meminta resep agar suara bagus.
Menurut tersangka, banyaknya anak-anak yang mendatanginya membuat salah satu tetangga tidak terima sehingga gubuk yang didirikannya dibakar.