TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wandi (48) terpaksa tinggal di atas perahu eretan, sekaligus tempatnya mencari nafkah di Kali Sodetan Sekretaris, Jakarta Barat.
Pria yang sudah lima tahun menjadi penarik eretan ini mengatakan penghasilannya tak mencukupi bila harus menyewa kontrakan di Jakarta.
Baca: Ratusan Botol Miras Palsu Bermerek Diungkap Jajaran Polres Jakarta Timur
Ia seorang diri merantau ke Jakarta, sedangkan kedua anak dan istrinya berada di Brebes, Jawa Tengah.
Perahu eretan sudah bukan lagi pilihan. Tapi Wandi masih menekuninya meski per hari ia hanya mengantongi uang Rp 80 ribu.
"Ngontrak duitnya enggak cukup. Sekarang yang naik eretan sudah enggak kayak dulu semenjak orang sudah pada punya motor sendiri," kata Wandi kepada TribunJakarta.com, Jumat (14/9/2018).
Pantauan TribunJakarta.com, tumpukan pakaian milik Wandi diletakkan di sebuah laci di atas perahu.
Sedangkan pakaiannya yang baru dicucinya ia jemur di atas seutas tali tambang yang tergantung di luar perahunya.
Terpal biru yang membentang di atap perahu berukuran 2x10 meter ini untuk melindunginya dari terik matahari.
Wandi tidur beralasan kursi kayu yang biasa diduduki penumpang.
"Tidur ya di sini juga. Tapi eretannya saya taruh di tengah jadinya enggak ada orang yang bisa naik. Kalau sudah bangun baru saya taruh di pinggir lagi," kata Wandi.
Bahkan, sampai makan pun Wandi di atas perahu eretannya.
Sedangkan untuk keperluan mandi dan buang air, Wandi harus membayar Rp 100 ribu per bulan ke pengelola toilet umum di dekat Pasar Pesing.
"Makan saya beli di warung tapi makannya di sini juga. Kalau lagi makan ada orang yang mau nyebrang ya tetap bisa saya anterin," kata Wandi.
Setiap harinya, Wandi sudah mulai membuka jasa perahu eretan sejak Subuh hingga Pukul 23.00 WIB.