Mastaufik, warga sekitar yang juga petugas keamanan Sekolah Nasional Satu mengenal Haris sebagai pribadi yang jarang bergaul.
Ia kerap bertegur sapa dengan Haris Simamora semasih mengelola toko.
Jarak tempatnya bekerja dengan toko sembako yang Haris Simamora kelola hanya sepelemparan batu.
"Sebelum keluarga almarhum (Diperum) Haris dulu. Dia yang mengelola kontrakan sama toko juga, itu kira-kira dua tahun lalu," cerita Mastaufik kepada TribunJakarta.com pada Jumat (16/11/2018).
Ia terkejut dan tak menyangka wajah Haris Simamora muncul di media sosial dan pemberitaan sebagai pelaku terbunuhnya keluarga Diperum.
"Setahu saya dia satu keluarga. Saya juga waktu dia masih jaga toko sering teguran, tapi emang enggak terlalu dekat," aku Mastaufik.
Saat dikelola Haris Simamora, prosepek bisnis toko kelontong sekaligus agen rokok itu kurang terlihat signifikan.
Berbeda setelah dikelola pasangan suami istri Diperum Nainggolan dan Maya Ambarita.
"Sekarang setiap hari pasti ada saja kirim barang berboks-boks," kata Lina.
Bisnis toko kian maju berkat Diperum Nainggolan yang pandai berbisnis.
Korban semasa hidup mampu menyuplai berbagai barang, sampai bisnisnya berkembang.
"Setahu saya emang pinter bisnisnya itu setiap hari bisa kirim barang banyak, dia juga main di Bukalapak juga," jelas dia.
Sembiring, tetangga belakang rumah korban mengatakan, bisnis toko kelontong yang dijalani keluarga Diperum Nainggolan omzetnya mencapai miliaran rupiah.
"Saya kenal keluarganya, memang dia itu (Diperum) pandai berbisnis, omzetnya itu bisa sampai miliaran karena sudah maju usahanya," jelas dia.
Sakit hati dibangunkan dengan kaki