“Tentunya juga harus menggunakan perspektif kesetaraan Gender juga. Kaum perempuan juga harus dilibatkan dari awal, dia juga harus menjadi aktor penyebar perdamaian. Kalau kaum perempuan itu bisa direkrut untuk jadi aktor teroris maka seharusnya perempuan lebih bisa untuk direkrut menjadi aktor dalam membawa pesan damai,” ujar wanita yang juga Ketua Lembaga Kajian Agama dan Gender (LKAG) ini..
Menurutnya, hal ini dikarenakan dalam diri perempuan ada rasa keibuan, rasa ingin menjaga keselamatan generasi, menjaga kelangsungan hidup generasi manusia dan tentunya tentunya watak dari ibu yang ingin membesarkan anaknya. Hal inilah yang seharusnya dikembangkan dengan baik melalui pendidikan serta s upaya-upaya pencegahan itu juga melibatkan ibu-ibu.
“Supaya ibu ibu itu juga mengerti apa maksudnya program deradikalisasi atau pencegahan itu. Sehingga ibu-ibu nanti bisa memulainya dari rumah tangga, karena program apapun itu saya pikir harus dimulai dari rumah tangga. Karena kalau tidak tentunya akan percuma kalau di rumah tangga tidak diajarkan sehingga akan kurang tertanam nilai-nilai itu di dalam diri si anak yang di didiknya,” kata wanita peraih Doktoral bidang Pemikiran Politik Islam di IAIN Jakarta ini.
Dikatakannya, selama ini pihaknya melalui ICRP sendiri sudah banyak melakukan kegiatan yang melibatkan kaum perempuan. Karena salah satu tugas ICRP itu sendiri bagaimana menjadikan agama itu sebagai sumber perdamaian. Apaaagi jika berbicara soal agama, maka semua penganut agama dari berbagai kepercayaan ikut dilibatkan oleh ICRP termasuk kaum perempuan.
“Karena kami selalu yakin bahwa setengah dari penduduk Indonesia adalah perempuan. Karena kebijakan dan program kami itu selalu punya perspektif gender. Jadi kami juga meminta kepada BNPT dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dalam melakukan kegiatan pencegahan juga menyasar kaum perempuan.
Dalam melakukan kegiatan pun dirinya juga meminta untuk tidak dilakukan secara terpisah antara laki-laki dan perempuan. Hal dimakusdkan agar mereka bisa berdiskusi di dalam kelas antara peserta laki- laki dan perempuan.
“Sebaiknya kegiatan itu dilakukan bersama dengan yang laki-laki sehingga penggalamannya itu bisa saling berbagi di dalam forum itu. Karena kalau terpisah seringkali sifatnya seperti dianggap eksklusif,” katanya.