News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Komitmen Forkom Fakultas Kedokteran PTS Jakarta Jadi Barometer FK Daerah

Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Forkom Fakultas Kedokteran se-DKI Jakarta melakukan diskusi dan rapat perdana Kepengurusan Forkom yang diketuai dr Rika Yuliwulandari, PhD di Ruang Senat Universitas YARSI.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Forum Komunikasi (Forkom) Fakultas Kedokteran (FK) Perguruan Tinggi Swasta (PTS) Jakarta berkomitmen menjadi barometer bagi keberadaan forum komunikasi FK, bukan saja FK di Perguruan Tinggi Swasta (PTS) tetapi juga Perguruan Tinggi Swasta (PTS) seluruh nusantara.

Komitmen ini disampaikan Pengurus Forkom FK dalam diskusi kali pertama yang digelar paska pelantikan Kepengurusan Forkom FK PT di DKI Jakarta yang diketuai Dekan Fakultas Kedokteran Universitas YARSI, dr Rika Yuliwulandari, PhD di Ruang Senat Universitas YARSI di Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Selasa (30/4/2019).

Diskusi Forkom FK juga dihadiri Ketua Yayasan YARSI Prof.dr. H. Jurnalis Uddin, Rektor Universitas YARSI Prof dr H Fasli Jalal PhD, mantan Ketua Forkom FK dari Universitas Trisakti dr Suriptiastuti.

Anggota Forkom yang juga Dekan FK dan Ilmu Kesehatan Unika Atmajaya Jakarta, Dr. dr. Yuda Turana, Anggota Forkom dari FK Universitas Tarumanegara, dr Tom Surjadi, senior Forkom dari FK UKI, dr Robert Sirait serta dr Ida Ratna dari FK YARSI yang mewakili dr Rika Yuliwulandari karena berhalangan hadir.

Baca: DPD RI Menilai UU Pendidikan Kedokteran Banyak Kekurangannya

Dr Yudha Turana selaku Anggota Forkom mengatakan Forkom Fakultas Kedokteran di Jakarta dibentuk untuk merespon isu-isu penting dan mencari solusi terhadap kebutuhan anggotanya yang kini berjumlah 12 Fakultas Kedokteran PTS di wilayah Jakarta.

Bukan itu saja, peran strategis yang lain, kata Yudha adalah menjadikan Forkom FK ini bisa menjadi barometer bahkan benchmark bagi kerja sama pendidikan, penelitian dan pengembangan serta pengabdian masyarakat antar FK sesuai dengan misi yang diemban Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Menurutnya ada keunikan dan kelebihan FK khususnya yang ada di Jakarta, yakni selain berada di Ibu Kota dan tercatat paling banyak FK-nya.

Posisi strategisnya segala sesuatu yang dilakukan oleh teman-teman FK di Jakarta tentu akan ditunggu dan dimonitor bahkan bisa menjadi role model daerah lain.

Nilai filosofisnya, achievment yang dilakukan Forkom FK di Jakarta menjadi barometer daerah lain. Ini karena aksesibilitas dan dukungan sarana dan prasarana di Ibu Kota lebih memadai dan besar kesempatannya.

Termasuk misalnya di setiap FK tentu ada keunggulan masing-masing. Tapi diantara anggota Forkom tidak memunculkan ego sentris. Justru ketika ada kebutuhan dan kepentingan yang sama maka Forkom berusaha menjadi mediator dan fasilitator untuk mencari solusi secara bersama.

Adanya Forkom, jelasnya, bukan bicara membahas polarisasi kelompok tapi sebagai satu wadah, sebuah forum diskusi untuk kemajuan bersama.

Tidak hanya bicara tentang isu di lingkungan fakultas kedokteran saja atau isu regional di Provinsi DKI Jakarta. Tapi lebih dari itu, Forkom bisa menjadi sebuah role model nasional. Yakni dalam konteks ke depan tidak bisa lepas dari internasionalisasi.

"Hampir agak sulit jika kita hanya mengerjakan secara sendiri-sendiri. Jika hanya dengan kekuatan sendiri, misal, dalam sebuah penelitian hanya sanggup sekian kelompok. Namun jika sebuah riset dikerjakan secara kolektif tentu akan menjadi satu kekuatan. Karya secara kolaboratif ini tentu akan dapat mengangkat nama secara internasional," jelas Yuda Turana yang juga Dekan FK dan Ilmu Kesehatan Unika Atmajaya Jakarta ini.

Yudha menyebut keunggulan spesifik di tiap-tiap FK selalu ada. Masing masing FK punya kekuatan.

"FK Atmajaya punya kekuatan sendiri, Begitu pun YARSI, Trisakti, UKI dan lainnya. Tapi kita berpandangan keunggulan itu bisa saling men-sharingkan dan akan bisa memperkuat kualitas dari FK masing-masing. Jadi bukan karena mengejar akreditasi sebagai tujuan akhir. Itu hanya sebagai alat pengukur saja," kata Yudha.

Dia mengatakan yang ingin dicapai adalah saling menguatkan dari sisi kualitas. Mungkin dari input dan output dari mahasiswa dan staf pengajar, yang dimulai dari Jakarta.

"Satu perubahan terjadi di Jakarta akan menjadi role model di daerah lain. Dan saya kira tidak bisa diselesaikan solusinya hanya per FK saja. Tapi apa yang bisa kita isi yang dibutuhkan sekitar kita,"urai Yudha.

Anggota Forkom dr Suriptiastuti mengatakan Kepengurusan Forkom FK PTS di Jakarta saat ini melanjutkan dari kepengurusan sebelumnya. Ketua Forkom dipilih secara bergiliran.

Dr Tuti panggilan akrabnya menyebut Forkom FK awalnya dibentuk karena adanya ujian negara yang diberlakukan kepada mahasiswa kedokteran di PTS.

"Perjuangan Forkom waktu itu berusaha meyakinkan agar FK PTS tak perlu ujian negara lagi," ujar Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum FK Trisakti ini.

Yang khas dan kelebihan dari Forkom, kata dr Tuti, karena selalu ada dan selalu mengirimkan Wakil Dekan I sebagai wakil kolegium untuk mengesahkan kelulusan FK PTS yang ada di Jakarta. Bahkan di Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI) dari 6 wakil wilayah yang ada, program Forkom hanya ada di wilayah Jakarta saja.

"Di Jakarta bahkan di FK-nya masuk wilayah paling banyak juga negerinya, seperti UI, UPN, dan UIN," ungkap Tuti.

Sementara Rektor Universitas YARSI, Prof dr Fasli Jalal bertindak sebagai fasilitator pertemuan Forkom itu merespon positif eksistensi Forkom FK yang saling support dan sinergi untuk memperjuangkan aspirasi bersama.

"Syukur alhamdulillah kalau dilihat dari hulu sudah berdiri 89 FK se-Indonesia, terdiri dari 40 FK negeri dan sisanya swasta justru lebih besar jumlahnya. Wajar jika masing-masing FK punya kekhususan. Yang negeri sudah punya ayah kandung yakni penerintah.," katanya

Sedangkan FK swasta perlu paguyuban untuk menyatukan pendapat dan berbagi pengalaman dalam melakukan pendekatan maupun preasure kepada regulator yakni pemerintah serta tentu tetap harus bersinergi dengan FK negeri.

"Baik di lokalita yang sama maupun secara nasional. Di nasional sudah ada AIPKI maka juga bisa berkombinasi antara swasta dan negeri," ujar Prof Fasli.

Jika masing-masing zoning sangat tergantung kepada jumlah FK. Maka, kata Fasli, Jakarta lebih beruntung karena FK swasta lebih banyak.

"Jadi FK swasta yg banyak itu perlu berbagi secara terus menerus baik dalam memberi masukan kepada asosiasi atau menjadi bagian dari gabungan FK di tingkat nasional. Termasuk bagaimana sesama FK di DKI bisa saling berbagi," jelas Fasli.

Menurutnya, akan menjadi penting dan berarti jika apa saja bisa dikerjasamakan secara bersama.

"Cukup banyak yang bisa dilakukan. Misal bagaimana semakin lama kita bisa diuntungkan oleh regulasi pemerintah. Justru tidak malah kita makin lama dipojokkan karena munculnya regulasi-regulasi baru. Bagaimana afirmasi dari pemerintah harus banyak berpihak kepada swasta karena swasta lebih struggle ketimbang negeri," katanya.

Seberapa jauh pemerintah memberikan afirmasi dalam bentuk hibah mutu atau hibah sarana dan prasarana perlu disuarakan berdasarkan evidence sesuai kebutuhan dan contoh perlakuan di regional dan internasional. Ini kita bisa bahas bersama.

"Bagaimana sikap kita agar upaya masing-masing FK ini betul-betul juga dihargai dalam penentuan sistem ujian. Tentu tidak harus sama. Tapi jangan sampai pula tidak ada afirmasi sedikit pun," urai mantan Wamen Mendiknas era Presiden SBY ini.

Menurutnya jika pemerintah ingin suatu benchmark mutu tertentu. Maka terhadap FK swasta yang belum memenuhi dan mencapai prosentase yang disyaratkan maka pemerintah harus bisa turun tangan dengan melakukan kerja sama FK swasta ini. Apa masalah yang terjadi?

"Disini kita dapat agregat, apa yg menurut Forkom perlu dibantu. Pemerintah jangan hanya menyalahkan saja. Itu saya kira peran-peran strategis yang bisa dilakukan bersama,"ujarnya.

Untuk akreditasi nasional dan intenasional pun, Forkom juga bisa bekerja sama untuk saling membantu. Misalnya dalam kerja sama capacity building para dosen dan mahasiswa, joint seminar internasional, membuka reviewer untuk sumbangan tulisan ilmiah bagi jurnal internasional.

"Begitu pun juga jika kita ingin membuat jurnal ada kawan yang secara sukarela bisa ikut mengisinya. Juga kerja sama pertukaran artikel. Daripada dikirim artikel ke tempat lain, lebih baik dikirim untuk mengisi jurnal yang kita bikin bersama terlebih dulu," katanya.

Fasli menegaskan kalau makin banyak yang dilakukan Forkom untuk anggotanya maka akan terasa bonding sebagai forum bersama yang dibutuhkan anggota dan bisa ikut berkontribusi sebagai role model kepada FK di regional lain meskipun misal hanya ada 2 atau 3 FK saja di daerah.

Tegasnya, jika mereka bisa bergabung bersama akan menjadi kekuatan dahsyat daripada berjalan sendiri-sendiri.

Ketua Yayasan YARSI Prof Jurnalis Uddin pada kesempatan itu juga mengatakan kabar baik bahwa Universitas YARSI akan menjadi host dalam International Conference on Bioinformatics 2019 (APBIONET) bersamaan dengan Southeast Asia Pharmacogenomics Research Network (SEAPharm) Meeting dan GOBLET Annual General Meeting yang akan dihelat bulan September ini.

"Perjuangan ini tidaklah mudah karena harus bersaing dengan negara lain. Namun berkat upaya dan meyakinkan secara keras, akhirnya panitia internasional menyetujui kita jadi host. Saya kira kawan-kawan di Forkom bisa memanfaatkan topik-topik lain untuk sama-sama diperjuangkan," ungkap Prof Jurnalis.

Pihaknya berharap dana hibah dari Kemristek Dikti bisa lebih sering didapatkan.

"Maunya kalau dana hibah bisa didapatkan secara rutin, paling tidak setiap bulan pun bisa terus digelar konferensi internasional. Maunya seperti itu. Tapi jika pun tidak harus rutin, paling tidak setahun 1 kali bahkan bisa dua atau tiga untuk tahun-tahun yang akan datang,"jelasnya.

Prof Jurnalis mengharapkan kawan-kawan di Forkom bisa bicara dalam konferensi internasional itu.

"Bioinformatics sebagai ilmu baru gabungan TI dan biologi adalah hal yang baru. Orang TI harus mau belajar Ilmu Biologi begitu pun sebaliknya orang Biologi harus belajar ilmu TI. Saya kira ini bagus dan prospektif. Ke depan pasti banyak peminatnya, maka YARSI juga akan menyiapkan Prodi ini, tentu dengan memenuhi persyaratan yang diberlakukan," ucap Jurnalis.

Sedangkan Ketua Forkom FK, dr Rika Yuliwulandari meski pada saat itu tidak hadir karena sakit, kepada pers, mengatakan pihaknya sangat mengapresiasi kehadiran dan perhatian para senior dalam Kepengurusan Forkom sebelumnya yang masih selalu peduli, bisa bersilaturahmi dan saling berkoordinasi dalam memajukan Forkom serta menjaga eksistensi Forkom karena memang masih sangat dibutuhkan dalam membantu pengembangan FK merespon tuntutan perubahan global.

"Saya kira harmonisasi dan sinergitas antar Anggota Forkom akan bisa menjawab tantangan dan dinamika perkembangan dari sisi pendidikan dan pengajaran, Litbang serta pengabdian kepada masyarakat luas, sesuai pedoman Tri Dharma Perguruan Tinggi," ujar Dekan Fakultas Kedokteran Universitas YARSI yang berpredikat sebagai dosen terbaik sains dan teknologi dari LL Dikti 2018 ini dan finalis dosen berprestasi nasional bidang sains dan teknologi dari Ristek Dikti di Jakarta, Selasa (7/5/2019) . 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini