TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menjelaskan alasannya memilih bambu sebagai bahan dasar pembuatan Getah Getih yang menelan dana mencapai Rp 550 juta.
Ia mengatakan, dengan menggunakan bambu, maka anggaran proyek ini dapat dinikmati oleh para rakyat kecil yakni petani bambu.
Lain halnya jika Getah Getih dibuat dari besi, tentu bahan bakunya harus diimpor dari luar negeri seperti dari Tiongkok/China.
"Uang itu diterima oleh rakyat kecil."
"Kalau saya memilih besi, maka itu impor dari Tiongkok mungkin besinya."
"Tapi, kalau ini justru diterima petani bambu, pengrajin bambu," ujar Anies di Balai Kota DKI Jakarta, Jumat (19/7/2019).
Baca: Awal Pemasangan Bambu Getih Getah di Bundaran HI yang Kini Dibongkar, Berawal dari Tantangan Anies
Baca: Instalasi Bambu Getih Getah di Bundaran HI: Menelan Rp 550 Juta, Bertahan 11 Bulan, Kini Dibongkar
Sebab ia meyakini Indonesia tak pernah mendatangkan bahan baku bambu dari luar negeri.
"Kalau besi belum tentu produksi dalam negeri, tapi kalau bambu hampir saya pastikan tidak ada bambu impor. Bambunya produksi Jawa Barat dikerjakannya oleh petani oleh pengrajin lokal. Jadi angka yang kemarin kita keluarkan diterimanya oleh rakyat kebanyakan," ungkap Anies.
Ia menegaskan dari awal dirinya sudah menyampaikan bahwa anyaman bambu karya Joko Avianto itu memang tak bertahan lama meskipun menelan dana yang cukup besar Rp 550 juta.
"Ya dari awal sudah saya garis bawahi bahwa kita menggunakan material lokal bambu. Pada waktu itu malah saya katakan diperkirakan usianya enam bulan saja," kata Anies.
Lagi pula, anyaman bambu itu dipasang dalam rangka menyambut perhelatan Asian Games 2018.
Fakta impor baja
Dihimpun dari data The South East Asia Iron and Steel Institute (SEAISI) pada tahun 2018, jumlah importasi baja di Indonesia mencapai 7,6 juta ton.
Bahkan komoditas besi dan baja tercatat sebagai komoditi impor terbesar ke-3, yaitu sebesar 6,45% dari total importasi dengan nilai US$ 10,25 miliar (Badan Pusat Statistik, 2018).