News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Demo Tolak RUU KUHP dan KPK

Kronologi Meninggalnya Demonstran di Kawasan Slipi, Sang Ibu Curiga Banyak Memar di Tubuh Anaknya

Penulis: Citra Agusta Putri Anastasia
Editor: Miftah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Maspupah saat ditemui di rumahnya, Kamis (3/10/2019).

Memar-memar di tubuh Yadi menimbulkan kecurigaan.

Ia menduga Yadi bukan meninggal karena asma, tetapi karena dipukuli.

Dia pun geram, kesal dan sedih karena melihat keadaan tersebut.

Ingin mencari keadilan, tetapi sadar dia bukan siapa-siapa dan tidak tahu harus menuntut kemana.

"Saya nggak terima kalau anak saya dipukulin sampai meninggal. Dunia akhirat saya nggak terima. Tapi kalau anak saya meninggal karena penyakit dan kehendak Allah, saya ikhlas," kata dia sambil menunjuk-nunjuk langit dengan nada sedikit keras.

Darah terus saja mengucur.

Hingga dimakamkan pun, darah masih memenuhi kain kafan di bagian kepala Jenazah.

Tidak ada seorang polisi pun yang datang ke pemakaman Yadi, bahkan hingga saat ini.

Seakan tidak ada yang mau menjelaskan ke Maspupah tentang keadaan yang sebenarnya.

Maspupah dibiarkan kehilangan sang putra dengan ribuan tanda tanya.

Bukan hanya tanda tanya besar, beban Maspupah semakin berat.

Janda beranak empat ini harus jadi tulang punggung keluarga pascakepergian Yadi.

Dia juga harus mengurusi keluarga Yadi.

Pasalnya, Yadi sudah memiliki dua anak berusia empat dan dua tahun.

"Kalau maling, copet, nggak apa-apa dipukulin. Anak saya kan nonton demo, bukan maling," ujar Maspupah.

Bantahan Polisi

Tim Forensik Rumah Sakit Polri Kramat Jati sebelumnya memastikan tak ada tanda kekerasan pada jasad Yadi.

"Tidak ada faktor kekerasan pada jasad korban saat kami terima di kamar mayat," kata Kepala Instalasi Forensik Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Kombes Pol Edi Purnomo di Jakarta, Kamis (3/10/2019) sore.

Satu-satunya petunjuk saat proses otopsi di tubuh korban berada pada pembengkakan pembuluh darah di bagian leher.

"Tapi memang ada pembesaran pembuluh darah di leher. Itu biasanya terjadi pada orang yang mengalami sesak nafas," katanya.

Sebelumnya, Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian mengatakan seorang pedemo tewas saat demonstrasi yang berujung kerusuhan di sekitar Gedung DPR pada pada Rabu (25/9).

Tito menegaskan, pedemo yang tewas itu bukan dari kalangan pelajar dan mahasiswa, tetapi kelompok perusuh.

Kapolri juga menambahkan, penyebab kematian korban bukan karena tindakan represif dari aparat yang menangani aksi massa rusuh.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Cerita Malam Terakhir Maulana Suryadi hingga Tewas di Tengah Kerusuhan di Sekitar DPR"

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini