Kemudian, Maspupah bersama kedua adiknya Maulana Suryadi, Maulana Rizky (19) dan Marisa Febriyanti (13) diajak aparat menuju RS Polri Keramat Jati, Jakarta Timur. Menengok jenazah Maulana Suryadi.
Pada perjalanan, mendadak mereka lebih dulu diajak ke sebuah tempat makan. Maulana Rizky curiga.
"Masa kakak saya meninggal, polisi malah bisa-bisanya mengajak makan. Saya bilang, jangan suka suuzan," ucapnya.
Tiba di RS Polri, mereka bergegas melihat jenazah Maulana. Saat melihat wajah jenazah Maulana Suryadi, Maspupah pangling alias tak sadar bahwa itu putranya
Sebabnya, wajah jenazah Maulana Suryadi berbeda dari biasanya.
Terdapat luka lebam pada pipi sehingga sukar dikenali. Bahkan tersemat darah yang keluar dari telinga bagian kiri.
Saya tanya ke polisi, kenapa kupingnya berdarah pak," katanya.
Maspupah pun cemas dan sangat sedih. Dalam kesedihannya, seorang anggota polisi segera meminta dirinya membuat surat pernyataan.
"Itu adiknya yang bikin surat keterangan yang cewek (Marisa Febriyanti). Polisi itu ngomong, terus anak saya yang menulis, (Maulana Suryadi meninggal karena penyakit asma dan gas air mata)," ujarnya.
Surat pernyataan selesai, Maspupah diminta polisi masuk ke dalam ruangan yang terdapat di area RS Polri.
Kata Maspupah, di dalam ruangan tersebut polisi memberikan uang Rp 10 juta, sebagai uang pemakaman jenazah.
"Sini, Bu. Saya ingin turut berduka cita. Saya dikasih amplop, kata dia buat mengurus jenazah anak saya," kata Maspupah.