Menurut Ari, hal itu dikarenakan ia tetap menempuh pendidikannya sambil berdagang. Ia sudah bisa membagi waktu kapan sekolah dan kapan berdagang.
Baca: Pencuri Velg dan Mobil di Aceh Ditangkap di Peureulak Barat
Menurut Ari, bisnis dagang bannya itu sedang buruk. Karena sulit menerka keuntungan sebagai pedagang ban, ia juga menjual jasa ojek sebagai sampingannya.
"Wah sepi, parah. Baru dapet pemasukan dua minggu sekali, itu pun paling satu atau dua ban aja. Makanya saya siang ini dagang, malamnya jadi ojek pangkalan," jelasnya.
Namun ia tetap mempertahankan usahanya itu karena kebebasan dalam mencari pendapatan.
"Kalau kita kerja sama orang kan harus patuh sama bos. Kalo dagang begini kan terserah kita mau buka jam berapa aja, gak ada yang marahin," kata Ari.
Hasil jerih payah berdagang ban ini mampu menyekolahkan 7 anak Ari yang sekarang sudah bekerja.
Namun, Ari meminta anak-anaknya tidak meneruskan pekerjaannya sebagai pedagang ban. Ari mengaku, ia tidak tega anak-anaknya seperti dia.
Baca: Kelewat Kreatif! Ban Motor Honda Supra Ini Bukan Gunakan Bahan Karet Tapi Ini
"Gak boleh anak saya (meneruskan usaha). Alhamdulillah udah pada kerja juga. Mereka tidak boleh mengikuti jejak saya," ujarnya.
"Melihat suasana begini, panas-panasan, hujan-hujanan. Ditambah lagi sekarang usaha begini gak mapan, sulit ditebak (keuntungannya). Anak jangan seperti orangtuanya, harus lebih baik dari orangtuanya," lanjut Ari.
Ari pun terus menjaga lapak dagangan bannya itu, sambil melihat ramainya lalu-lintas yang dipenuhi kendaraan.
Ia mengaku tidak pernah menyesal mengambil pilihannya, dan terus melanjutkan hidup.