Laporan Wartawan Tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Komisi A DPRD DKI Jakarta Mujiyono khawatir terhadap perkembangan kasus Covid-19 di ibu kota yang kian meroket angka pertambahan kasusnya.
Ia mengatakan, sejak DKI Jakarta menerapkan PSBB transisi, penambahan kasus Covid-19 mencapai lebih dari 6 ribu kasus baru.
Dia menduga masyarakat keliru dengan makna new normal. Sehingga berdampak pada tidak disiplinnya mereka menerapkan protokol kesehatan.
"Ini masyarakat kebablasan tidak berdisiplin dalam penerapan protokol kesehatan. Saya kira, anggapan new normal di benak masyarakat selama ini keliru," kata Mujiyono kepada wartawan, Selasa (14/7/2020).
"Mereka menganggap, PSBB transisi ini kembali ke keadaan seperti sedia kala, seperti sebelum pandemi Covid-19 terjadi, padahal bukan," tutur dia.
Dengan kekeliruan memahami makna tersebut, membuat masyarakat secara umum cenderung abai terhadap protokol kesehatan yang digemborkan pemerintah.
Baca: Haruskah PSBB Diterapkan Kembali di Tengah Melonjaknya Kasus Positif Covid-19?
"New normal itu bukan normal. Tapi kondisi kehati-hatian dalam masa pendemi. Masa dimana vaksin belum ditemukan. Dan new normal diterapkan untuk pergerakan ekonomi," jelasnya.
Berkaca dari Singapura, politikus Partai Demokrat itu mengatakan kondisi perekonomian negara tersebut tak bergerak selama 3 bulan akibat lockdown.
Baca: Masa PSBB, Karaoke Reff Tetap Beroperasi, Digerebek Oleh Satpol PP
Namun kondisi itu tidak menyebabkan keuangan Singapura kolaps. Tapi berbeda dengan Indonesia termasuk DKI Jakarta, dimana saat penerapan PSBB kondisi keuangan langsung alami kontraksi.
Jika DKI Jakarta tidak alami kendala ekonomi, maka mungkin saja Gubernur Anies Baswedan tidak ragu - ragu menarik rem darurat dan kembali memberlakukan PSBB.
"Kalau ekonomi aman, bisa saja kemarin pemerintah menerapkan lockdown kayak Singapore. Jangan biarkan pak gubernur menarik rem darurat," pungkas Mujiyono.