TRIBUNNEWS.COM, DEPOK - Kasus dugaan kekerasan seksual atau pencabulan yang melibatkan oknum pengurus gereja di Depok, Jawa Barat masih terus berlanjut.
Tersangka yang diduga predator seksual anak itu kini tak lagi tercatat sebagai pengurus gereja.
Baca: Identitas Oknum Relawan yang Perkosa Korban Pencabulan akan Dibuka, Terancam Dipasangi Alat Deteksi
Pria berinisial SPM itu juga disebut sering mengirimi anak-anak dengan chat tidak pantas dan pornografi.
Sebagai informasi, SPM saat ini ditahan setelah diduga mencabuli puluhan anak dalam kegiatan misdinar yang ia ampu di gereja sejak awal tahun 2000-an.
Guntur (bukan nama sebenarnya), ayah salah satu korban SPM berujar, chat porno yang diumbar oleh SPM dilakukan melalui grup besar di Whatsapp, yang berisi anggota-anggota misdinar yang dinaungi SPM.
“Bukan cuma kata-kata (tak pantas) saja, tapi (SPM) juga mengirimkan gambar yang tidak senonoh (di grup)," kata Guntur ketika berbincang dengan Kompas.com, Minggu (12/7/2020).
"Dari stiker sampai foto yang tidak bagus, pokoknya tidak pantas lah anak-anak usia segitu melihat gambar yang seperti itu, dengan kata-kata di chat seperti itu," katanya.
"Gambar-gambar porno di grup itu banyak, sayang gambarnya sudah saya hapus karena sudah saya berikan ke Komnas HAM," tambahnya.
Di sisi lain, sejak pertama anak-anak itu bergabung di bawah naungan SPM dalam kegiatan misdinar, mereka sudah diwanti-wanti agar tidak menunjukkan isi grup WhatsApp kepada orangtuanya.
Tak jelas apa alasan predator seksual itu dan motifnya mewanti-wanti mereka demikian.
Rentetan ancaman serta kekerasan terhadap anggota senior misdinar yang kerap dipertontonkan SPM kepada anak-anak yang lebih belia, diyakini Guntur membuat anak-anak itu tak berani bertanya kepada SPM.
Ditambah lagi, predator seksual anak itu disebut kerap mendekati calon korbannya secara halus.
Ujungnya, anak-anak calon korban tak merasa menjadi korban ketika dilecehkan, menganggap pelecehan oleh SPM tindakan yang wajar, bahkan berpihak pada SPM.
Hal itu terjadi pada anak Guntur.