Ia mengatakan, ketika anaknya sedang dekat dengan SPM -- sebetulnya sedang ditarget-- kerap kali anaknya mengabaikan Guntur dan istrinya.
Saat Guntur meminta melihat isi grup WhatsApp misdinar, misalnya, seingat Guntur, anaknya menolaknya dengan ketus.
Ini menjadi salah satu indikasi, bahwa pengaruh SPM terhadap anak-anak itu sedemikian menancap di benak mereka, didukung dengan ancaman dan buaian yang kerap SPM lakukan kepada mereka.
“Bukan hanya saya saja. Banyak orangtua lain (yang meminta melihat isi grup WhatsApp misdinar), tetapi anak-anaknya tetap tidak memberikan untuk dilihat," katanya.
"Anak-anaknya menurut, seperti sudah dicuci otaknya karena ada teror tadi itu,” ujar Guntur.
“Jadi mereka selalu berkomunikasi melalui grup WA dan tidak pernah melalui japri, karena dia (SPM) tidak mau kata-katanya ketahuan melalui japri. Itu gila. Orang Komnas HAM saja kaget melihat itu. Kayak ada gambar ‘burung’ (alat kelamin pria), lalu perempuan dadanya kelihatan semua, gawat,” tuturnya.
Kasus pencabulan oleh SPM baru tercium sekitar Maret 2020 lalu, ketika para pengurus lain gereja tersebut mulai mencium gelagat tak beres pada SPM terhadap anak-anak itu.
Baca: Pria Tunanetra Ceraikan Gadis 12 Tahun, Kecewa Pernikahan Cuma untuk Tutupi Aib Pencabulan Ayah Tiri
Untuk mengusut dugaan itu, gereja membentuk tim investigasi internal, mengundang orangtua anak-anak itu, meminta mereka menanyakan kepada putra-putri mereka jika pernah menjadi sasaran pencabulan oleh SPM.
Setelah terkumpul bukti-bukti yang cukup kuat, keluarga korban dan pihak gereja sepakat melaporkan SPM ke polisi.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: Orangtua Korban: Pengurus Gereja di Depok Juga Suka Umbar Pornografi di Grup WA