"Pintu dari rumah enggak bisa terbuka karena tertahan bangku, barang-barang dan tembok. Saya keluar lewat jendela. Jendela saya dobrak biar bisa keluar. Makanya badan saya pada bengkak begini," ceritanya.
Setelah berhasil keluar, Ade meminta mereka untuk mencari pertolongan.
Ia kembali lagi ke dalam rumah untuk mencari istrinya yang tertimpa puing-puing turap.
Namun, tinggi air di dalam rumahnya sudah mencapai dadanya.
Ia sempat berteriak minta tolong tetapi berujung sia-sia. Akhirnya, ia menyerah dan pasrah karena sulit menembusnya.
"Akhirnya saya menyerah, langsung saya menyelamatkan diri lewat jendela," kata pria yang bekerja sebagai petugas keamanan tersebut.
Evakuasi Tim SAR Butuh 1 Jam
Tim Sar Kelurahan beserta warga kemudian datang membantu mengevakuasi Wudiar di dalam rumah.
Butuh sekitar 1 jam untuk mengevakuasi jasad Wudiar yang tertimpa reruntuhan bangunan.
"Saya dapat info bahwa istri saya awalnya ditemukan karena rambutnya terlihat mengambang. Namun tidak bisa diangkat karena masih terganjal bangunan. Begitu tembok diangkat, baru bisa. Sejak itu saya sudah tidak bisa berpikir lagi, lemas dan pasrah," ujarnya.
Jasad korban sempat dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah Jagakarsa. Ade turut dibawa mengingat luka yang dideritanya.
Ia juga ingin memberikan klarifikasi bahwa istrinya tidak tewas dalam keadaan hamil.
Kini, istrinya sudah dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Pisangan, Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan pada Minggu (11/10/2020) siang.
Untuk sementara waktu, Ade bersama anaknya tinggal di rumah mertuanya selepas tragedi yang memukul hatinya itu.
Ia menggelar acara doa bersama untuk mendoakan kepergian sang istri di sana.