TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Meski dikaruniai tubuh yang tak sempurna (disbalitas), Martono (47) tetap bersyukur.
Keterbatasan fisik tidak menjadi penghalang bagi Tono, demikian sapaanya, untuk bekerja keras dan mandiri, layaknya manusia yang terlahir sempurna.
Sebagai Petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) yang menyandang tunadaksa, ia setiap hari berjibaku dengan sampah demi ibu kota Jakarta yang bersih.
Tono memiliki kedua tangan yang tidak sempurna.
Dua tangannya terlihat mengecil dan bengkok sejak lahir.
Rasanya agak sulit membayangkan, ia bisa bekerja kasar dengan menggunakan dua tangannya yang tak normal itu.
Namun, keraguan itu luntur ketika melihat langsung bagaimana Tono dengan sigap membantu mengangkat kursi dan memindahkan pot tanaman di Kantor Lurah Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, tempatnya bekerja.
Ia tak kehabisan akal ketika bekerja menggunakan tangannya yang cacat itu.
Misalnya, Tono mengangkat kursi dengan cara lengannya menggamit tiang sandaran kursi.
Ia juga bisa mengangkat dahan pohon palm di tepi jalan raya dengan kedua tangannya yang dibantu badannya.
Lalu dahan itu dimasukkan ke gerobak motor tanpa bantuan temannya.
Padahal, apa yang diangkatnya memiliki beban yang berat.
Tugas Tono tak jauh berbeda dengan rekan-rekannya sesama Petugas PPSU Pondok Pinang.
Di lapangan, ia bertugas menyapu, membersihkan gorong-gorong yang tersumbat hingga mengangkat sampah di jalan.