Dengan destar atau ikat kepala dan sarung songket, para pemuda berjejer dan menari dengan lagu daerah yang dinyanyikan dengan lantang.
Dengan lincah dan ringan, si penyerang menghentakkan pecutnya ke tubuh lawan.
Sementara lawan menahan sabetan pecut menggunakan perisai.
Setiap pemain beresiko memiliki bekas sabetan, tapi meski tubuh terluka tidak ada dendam antar pemain.
Disela-sela permainan, para tetua adat baik laki-laki maupun perempuan menari (danding) dan bernyanyi (mbata) dengan penuh suka cita sambil berjalan secara teratur membentuk lingkaran.