Kala itu, lanjut Ale, luapan air laut melimpas dari ujung Pelabuhan Sunda Kelapa hingga wilayah RT 15 RW 17, Muara Baru.
Pria yang sehari-hari bekerja sebagai pengumpul barang bekas itu berkata, permukiman warga ikut terendam saat tanggul jebol beberapa tahun silam.
Dia menjadi salah satu yang terdampak.
"Iya pernah kena pas lagi gelombang tinggi, banjir semeter. Saya ngungsi karena rumah kerendem semua," tutur Ale.
Kini, bangunan masjid itu tidak tampak lagi bila dilihat dari wilayah daratan.
Hanya ada sisa-sisa kubah masjid yang terlihat mencuat di balik tanggul laut Muara Baru.
Tak jauh dari tanggul, yakni sekitar 100 meter, terlihat deretan hunian semipermanen milik warga.
Tidak seperti sebelumnya, menurut Ale, hunian yang sekarang masih berdiri jauh lebih sedikit dibandingkan sebelumnya.
"Tadinya di sini rumah-rumah semua, digusurin lantaran takut kena air. Ada gubuk-gubuk yang kerendem juga di situ (di balik tembok) tempat nelayan duduk-duduk," jelas Ale.
Adapun dikutip dari akun Instagram @sobatair.jkt yang dikelola oleh Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta, permukaan daratan di pesisir Jakarta memang sudah lebih rendah dibandingkan perairan.
Penyebabnya adalah peningkatan volume air laut akibat dari mencairnya es di kutub sebagai dampak pemanasan global.
Selain itu, permukaan tanah semakin turun akibat penggunaan air tanah yang masif.
Hasil penelitian ITB dan SDA Jakarta tahun 2021 mengatakan bahwa sekitar 18-20 persen wilayah Jakarta sudah berada di permukaan laut.
Angka itu dipastikan terus bertambah.