Laporan Reporter Tribunnews.com, Reza Deni
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tatanan kota dan bangunan di suatu wilayah dinilai menjadi salah satu kunci di mana suatu kota dianggap berhasil menciptakan lingkungan yang nyaman dan juga tetap menjaga sejarah dari bangunan yang tersebut, terlepas bangunan itu dimiliki pemerintah daerah atau perorangan.
Hal tersebut dikatakan Presiden Direktur PT Anugerah Magna Nanoteknologi, Hery Chrisnantyo.
Hery mencontohkan Yayasan Kanisius yang terletak di Menteng, Jakarta Pusat.
"Yayasan Kanisius didirikan oleh Fransiskus Van Lith,SJ pada tahun 1918. Pada saat itu Yayasan Kanisius masih menjadi milik Vikariat Apostolik Batavia. Dan pada tahun 2022 yayasan tersebut mendirikan gedung Auditorium Tengah, melalui Arch. Dipl. Ing. Cosmas Damianus Gozali selaku arsitek terkenal Indonesia lulusan Austria," kata dia dalam keterangannya, Rabu (1/3/2023).
Hery mengatakan kontraktor ternama itu digandeng juga ditunjuk untuk proses pemugaran sekolah Kanisius yang merupakan salah satu bangunan tua tinggalan Cagar Budaya ataupun objek diduga cagar budaya.
Hery mengatakan bahwa bangunan Sekolah Kolese Kanisius memiliki bentuk atap yang tinggi dengan bentuk elemen jendela dan roster yang geometris.
Pada bagian pintu dan jendela bangunan, terdapat material kayu yang berfungsi sebagai stopper.
"Dalam memperbaiki bangunan tua, originalitas bangunan tersebut harus kita jaga semaksimal mungkin agar tidak berubah. Seringkali timbul kerusakan yang disebabkan atap yang bocor atau jendela yang rembes, kita perlu memperbaiki atap atau jendela tersebut terlebih dahulu, setelah itu kita melakukan perbaikan terhadap bagian bangunan kuno yang rusak lainnya," katanya.
"Lain lagi bila kerusakan ditimbulkan oleh permukaan air tanah yang naik sehingga mengakibatkan meningkatnya kelembaban bangunan tua tersebut, maka diperlukan penanganan waterproofing khusus untuk menjaga kondisi dinding tersebut dan perbaikannya harus dikerjakan dengan baik tanpa merusak bangunan," katanya.
Dia pun menyebut bahwa salah satu teknologi waterproofing termutakhir yang dapat digunakan adalah Nano Star yang telah menjadi brand pertama di Indonesia yang menghadirkan waterproofing dengan Teknologi Nano.
"Produk yang dihasilkan lebih ramah lingkungan karena tanpa menggunakan bahan kimia, memberikan perlindungan yang dapat bertahan selama 10 tahun, bahkan terhadap UV sampai 400 derajat termasuk curah hujan yang tinggi seperti Indonesia," kata dia.
Waterproofing dengan teknologi nano tersebut, dikatakan Hery, sudah diproduksi di Indonesia oleh PT Anugerah Magna Nanoteknologi yang merupakan anak perusahaan Triputra Group.
Baca juga: Semangat Alumni Kanisius Bangun Indonesia Lewat Jepang, Meniti Karir Untuk Masa Depan
"Teknologi ini memanfaatkan partikel-partikel yang sangat kecil dalam satuan nano, partikel nano ini akan penetrasi ke dalam substrat beton membentuk jaringan seperti jaring laba-laba di bawah substrat, yang berfungsi selain untuk menahan air agar tidak memasuki celah-celah beton/semen pada saat hujan juga untuk mengeluarkan udara panas pada proses pemuaian beton pada saat cuaca panas," kata Hery.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, Iwan Henry Wardhana, mendorong kesadaran pemilik bangunan untuk tetap mengedepankan kaidah pelestarian dalam melakukan rencana pembangunan.
"Dan kami sangat mengapresiasi upaya yang dilakukan sekolah Kanisius untuk tetap mengedepankan prinsip pelestarian dalam rencana pembangunannya," katanya.
Kembali ke Hery, pihaknya menegaskan akan selalu mendukung program pemerintah, khususnya untuk teknologi perlindungan material bangunan yang dibutuhkan oleh bangunan peninggalan bersejarah yang juga merupakan area cagar budaya.
"Kita harus sama-sama jaga. Kami pun siap menyuguhkan produk untuk kebutuhan masyarakat guna memberikan perlindungan kepada material bangunan mereka melalui produk kami, yang salah satunya berfungsi untuk menjaga struktur bangunan di Indonesia agar selalu tampak kokoh dan fresh," tandasnya.