Laporan Wartawan Tribunnews.com, Abdi Ryanda Shakti
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bareskrim Polri sempat mengamankan seorang warga negara (WN) Nigeria bernama Henry Cidum (34) karena kedapatan tengah mengonsumsi tembakau gorila.
Hal ini saat penyidik Dittipidsiber Bareskrim Polri tengah menangkap lima tersangka kasus penipuan manipulasi email yang merugikan perusahaan asal Singapura, Kingsford Huray Development Ltd, hingga Rp 32 miliar.
"Turut diamankan satu warga negara Nigeria atas nama Henry Cidum, 34 tahun, yang sedang menggunakan tembakau gorila," kata Direktur Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri Brigjen Himawan Bayu Aji dalam jumpa pers, Selasa (7/5/2024).
Saat ditangkap, Himawan menjelaskan, penyidik menemukan ada 5 linting tembakau gorila dari tangan Henry.
Namun, Himawan menyebut pihaknya menyerahkan penanganan kasusnya ke Direktorat Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri.
Baca juga: Polres Metro Bekasi Amankan 6 Anggota Komplotan Pembuat dan Pengedar Narkoba Jenis Tembakau Gorila
"Sudah dikoordinasikan dengan Direktorat Narkoba Bareskrim dan dilimpahkan kepada Imigrasi karena tidak memiliki identitas," ucapnya.
Sebelumnya, Dittipidsiber Bareskrim Polri membongkar kasus bisnis email compromise atau penipuan manipulasi data pada email hingga merugikan sebuah perusahaan Singapura bernama Kingsford Huray Development Ltd senilai Rp32 miliar.
Direktur Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri Brigjen Himawan Bayu Aji mengatakan dalam kasus ini, sebanyak 5 orang yang dua di antaranya warga negara Nigeria ditangkap.
Adapun para tersangka yakni dua WN Nigeria berinsial CO alias O dan EJA (37). Sedangkan dua orang warga negara Indonesia (WNI) berinisial DM alias L (38), YC (39) dan I (41).
"Kasus terkait dengan manipulasi data atau bisnis email compromise dengan menggunakan email palsu dan memanfaatkan informasi data komunikasi antara perusahaan Internasional," kata Himawan dalam konferensi pers di Bareskrim Polri, Jakarta, Selasa (7/5/2024).
Kasus ini bermula saat para pelaku mengetahui bahwa perusahaan Kingsford ingin melakukan kerja sama pembelian dengan PT Huttons Asia.
Setelahnya, para tersangka ini membuat perusahaan tiruan bernama PT Huttons Asia Internasional.
Himawan mengatakan sindikat ini menggunakan email palsu hingga rekening palsu dari PT Huttons tersebut untuk mengelabuhi perusahaan Singapura tersebut.