Ia sempat dihubungi pihak kepolisian dan diminta bungkam terkait rencana penggeledahan terduga teroris tersebut.
“Memang intel itu beberapa hari lalu, udah minta nomer saya, saya disuruh keep (menjaga informasi) jangan ngomong dulu sampai pad ahari ini udah dilakukan penjemputan, informasi itu udah saya dapat sejak bulan Juli sih, dua bulan yang lalu,” kata Ismail, Selasa.
Menurut Ismail, FNA dikenal sebagai pribadi yang tertutup.
FNA jarang bersosialisasi dan hanya beraktivitas di luar rumah saat bekerja serta beribadah.
“Anak ini aktivitasnya hanya dari rumah ke bengkel, bantu orangtua balik ke rumah ke masjid, kalau ada tahlilan juga sering ikut, tidak ada yang mencurigakan dari dia (FNA), tapi saja dia sedikit lebih tertutup gitu,” kata Ismail.
Baca juga: 3 Terduga Teroris Ditangkap saat Paus Fransiskus di Indonesia, Pernah Rencanakan Teror di Singapura
Selama ini, warga sekitar tidak menaruh curiga kepada FNA dan keluarganya.
Sebab, keluarga FNA dikenal terbuka dan kerap bersosialisasi.
“Seperti warga biasa aja, kalau saya bilang mereka ekonominya juga kurang, karena empat bersaudara, yang pertama dia (FNA) kadang bapaknya ngeluh,” imbuhnya.
Sementara itu, saksi yang melihat penangkapan, Pendi (50) mengatakan bahwa FNA sehari-hari bekerja sebagai montir bengkel.
Pada Selasa pagi, saat FNA baru saja membuka bengkelnya, anggota Densus 88 datang dan langsung melakukan penangkapan.
"(Bengkel) bukanya jam 08.00 WIB. Tadi pagi baru buka, anaknya duduk di sini, tahu-tahu aparat pada datang," kata Pendi.
Sebagian artikel ini telah tayang di Wartakotalive.com dengan judul Kesaksian Ketua RT: Berhari-hari Polisi Intai Tempat Tinggal Terduga Teroris di Bekasi, dan Terduga Teroris di Bekasi Dikenal Sosok Humble dan Rajin Ibadah, Warga Sama Sekali Tidak Curiga
(Tribunnews.com/Jayanti Tri Utami, Wartakotalive.com/Rendy Rutama)