Namun, dia akan memberikan diskon jika memang Tramadol itu akan dijual kembali.
Dalam sehari, pria itu mengaku bisa menghabiskan puluhan box berisi lima strip per-boxnya.
Selain satu strip, dia juga bisa menjual setengah strip atau berisi lima tablet Tramadol.
Pembelinya mulai dari kuli proyek, pedagang di toko-toko Pasar Tanah Abang hingga para pengamen jalanan dengan kode lain yang biasa dia sebut 'TM'.
"Bisa beli setengah (strip) juga, harganya Rp15 ribu. Biasanya pengamen-pengamen yang beli setengah dulu, nanti sore dapat duit beli setengah lagi," ungkapnya.
Dari pengakuannya, penjualan obat secara ilegal ini sudah dilakukan sejak satu tahun terakhir.
Dia ikut berjualan obat keras itu karena butuh biaya tambahan untuk keperluan sehari-hari.
Pendapatan dari bisnis aslinya, yakni berjualan pakaian, tak bisa diandalkan.
Apalagi dua dari empat anaknya kini sudah tidak bekerja karena terkena PHK.
Bak seorang sales profesional, pria yang mengenakan baju polo dan topi itu memberikan informasi mengenai efek penggunaan Tramadol yang bisa menambah stamina dan pikiran menjadi tenang.
Di samping itu, pria itu mengakui bahwa penjualan obat yang peruntukannya untuk meredakan rasa nyeri sedang dan parah itu sangat bebas di kawasan Pasar Tanah Abang.
Razia oleh petugas keamanan biasanya dilakukan pada malam menjelang dini hari.
Waktunya pun tak bisa dipastikan. Sehingga banyak penjual yang hanya bertransaksi pada siang hari.
"Gampang di sini mah (jualan Tramadol), polisi lewat cuek aja, buser-buser lewat gitu. Iya, ya udah dapat jatah lah (petugas keamanan)," ungkapnya.