Orang di ujung telepon itu mengaku sebagai polisi dari Polda Metro Jaya.
"Anak keduanya ditelepon dari kepolisian. Dia ditanyain, 'Ini anaknya Ibu Sinta ya?' Lalu ditanya kerjanya di mana dan segala macam. Pokoknya dia di-interview gitu," ujar Sutiyati.
Tetapi, polisi itu belum menjelaskan perihal keberadaan dan kondisi Sinta yang sebenarnya.
Meski demikian, telepon dari polisi itu membuat anak-anaknya merasa resah dan gelisah.
Mereka menangis di pangkuan Sutiyati khawatir terjadi apa-apa dengan sang ibunda.
"Saya nenangin mereka terus dan bilang kalau telepon itu bukan apa-apa. Terus saya bilang, 'Mudah-mudahan ibu bisa pulang'," kata Sutiyati.
Pada petang harinya, tepatnya setelah mereka menunaikan ibadah shalat magrib, pihak kepolisian mendatangi rumah Sinta.
Mereka melakukan pengecekan silang soal identitas dan ciri-ciri fisik Sinta.
Sosok Pelaku di Mata Tetangga
Amin (40 tahun) tetangga Fauzan di gang sempit RT 18 RW 17 Kelurahan Penjaringan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, mengungkap keseharian pelaku pembunuhan itu.
Amin mengungkapkan, Fauzan telah memiliki seorang istri dan dua anak.
Di rumahnya di Muara Baru, ia sudah tinggal puluhan tahun.
"Kalau sekarang ini dia tinggal sama istri dan satu anaknya yang masih SMK. Anaknya satu lagi di pesantren," kata Amin lagi.
Amin menjelaskan, Fauzan sudah tinggal di rumah itu sejak dirinya masih kecil.
"Orangnya baik kok, sering sosialisasi juga, makanya kaget banget ya," ucap Amin.