Laporan Agus Nia
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hilangnya tahu dan tempe di pasaran sejak Rabu(25/7/2012), menimbulkan kekhawatiran bagi beberapa konsumen. Apalagi panganan tersebut langka pada Ramadan minggu pertama.
"Untung masih ada pedagang yang jualan," kata salah satu pembeli di kios Yahya, (48), di pasar Slipi, Jakarta, Kamis(26/7/2012).
Melihat fenomena ini, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag), Gunaryo, memastikan masyarakat masih bisa mengonsumsi panganan kedelai hingga lebaran nanti.
"Langkah sementara dalam menanggapi tingginya harga kedelai adalah dengan menurunkan bea masuk impor kedelai hingga 0%, dan diusulkan hingga akhir tahun saja," kata Gunaryo.
Menurutnya, bila langkah ini berjalan, harga kedelai akan sedikit tertekan dan harga tempe tahu tidak akan melonjak setelah masa mogok produksi ini berakhir.
Tingginya harga kedelai saat ini, lanjut Gunaryo bisa diimbangi bila masyarakat menurunkan tingkat konsumsi. Di sisi lain, Kemendag berusaha mendorong KOPTI untuk turut bekerja sama dengan bulog agar pasca impor tidak ada lagi perpanjangan rantai produksi.
"Jadi, KOPTI bisa menyalurkan langsung (kedelai) kepada para anggotanya, tanpa harus tangan ke tangan," kata Gunaryo.