News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Isu Kudeta

PAN Nilai Wacana Kudeta Nol Persen

Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ratusan warga Srikandi, Jatinegara Kaum, Jakarta Timur, berunjuk rasa di Balai Kota DKI, Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (20/3/2013). Warga yang tergabung dalam Serikat Rakyat Miskin Indonesia (SRMI) ini menuntut penghentian penggusuran rumah mereka dan membatalkan HGB 123 milik salah seorang pengusaha. WARTA KOTA/ANGGA BHAGYA NUGRAHA

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Partai Amanat Nasional (PAN) menilai demonstrasi yang akan dilakukan saat ini sangat dilebih-lebihkan. Wakil Ketua Umum PAN Drajad Wibowo, menilai kondisi itu justru dilakukan oleh pejabat pemerintah.

"Akibatnya muncul kegaduhan politik yang tidak perlu. Padahal tidak kurang dari Presiden sendiri yang berkali-kali mengingatkan supaya tidak ada kegaduhan politik," kata Drajad ketika dihubungi wartawan, Senin (25/3/2013).

Drajad pun tidak mempercayai adanya kudeta saat ini untuk menurunkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

"Padahal jika dipikir dengan jernih, peluang kudeta di Indonesia saat ini insya Allah nol persen. Mana mungkin kudeta tanpa pasukan terlatih dan senjata?" ujarnya.

Drajad mengatakan sering berkomunikasi dengan jajaran TNI maupun Polri. Hasilnya, tidak pernah muncul wacana kudeta pada level apapun. Menurutnya, keguncangan di Indonesia akan terjadi jika demonstrasi menuntut SBY-Boediono mundur dihadiri lebih dari 100 ribu orang dan bertahan lebih dari 5 hari.

"Parpol, gerakan politik maupun Serikat Buruh saat ini tidak ada yang mampu menggalang massa sebesar itu untuk minimal 5 hari," kata Drajad.

Drajad juga mengatakan secara konstitusional pun sangat sulit menggulingkan SBY-Boediono. Jadi, kata Drajad, kegaduhan politik ini disulut oleh beberapa pejabat pemerintah sendiri.

"Ini lebay dan percuma," kata Drajad.

Mengenai tujuan demo tersebut, Drajad mengaku tidak mengetahuinya. "Bisa saja sekedar reaksi yang berlebihan terhadap rencana demo yang biasa-biasa saja, atau bisa juga sebuah pengalihan isu atau pencitraan yang didisain dari awal," ujarnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini