TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nama Susilo Bambang Yudhoyono(SBY) belakangan santer disebut-sebut bakal menjadi Ketua Umum Partai Demokrat menggantikan Anas Urbaningrum. Adanya wacana ini membuktikan lagi-lagi figur seorang SBY diandalkan dan harus turun tangan menyelesaikan sengkarut di partai berlambang mercy tersebut.
Pengamat Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Gun Gun Heryanto menilai tidak tepat apabila SBY menjadi ketua umum Partai Demokrat. Pasalnya, hal tersebut sama saja melakukan langkah mundur, sebab usai paripurna menjadi Presiden, SBY baiknya fokus menjadi negarawan atau paling tidak tokoh regional.
"Jangan malah balik menjadi parsial menjadi ketum partai, yang akan membuat pak SBY dalam posisi yang sangat terbatas," kata Gun Gun kepada Tribunnews.com, Selasa(26/3/2013).
Tidak hanya itu, Gun Gun memandang jika SBY menjadi ketua umum partai nantinya tugas kepresidenan diprediksi akan sangat terganggu karena fokus kerja akan terbagi terlebih lagi menjelang pemilu 2014. Kritik keras pun pasti akan mengalir tak berhenti.
"Saat ini SBY masih merupakan presiden aktif dan jika dia menjadi ketum akan melahirkan kritik keras soal rangkap jabatan. Fokus presiden akan terbagi antara mengurusi pemerintahan dan ngurusi partai yang saat ini sedang bermasalah dan akan memuncak dalam kontestasi 2014," ujar Gun Gun.
Ada baiknya lanjut Gun Gun SBY membangun kaderisasi yang optimal agar nantinya lahir figur yang tepat menjadi pemimpin di Partai Demokrat.
Misalnya kata Gun Gun orang yang berasal dari kader internal, punya pengalaman mengurusi partai, tidak pekat dengan faksionalisme kekuatan di kongres 2010, tidak rangkap jabatan dan mampu membawa moral partai Demokrat sebagai partai berkarakter.
"Jangan sampai PD terjebak pada personalisasi politik bukan institusionalisasi politik. Kalau PD terjebak pada personalisasi, maka demokrasi internal partai hanya akan menjadi demokrasi semu atau demokrasi terpimpin," ujarnya.
Cara yang paling mudah kata Direktur Eksekutif The Political Literacy Institute ini sepertinya memang menjadikan SBY sebagai ketua umum, tapi nanti SBY dikhawatirkan akan terjebak pada ruang sempit yang akan memenjarakan kapasitasnya.