Laporan Wartawan Tribun Jakarta, M Zulfikar
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat politik dari Pol-Tracking Institute, Hanta Yudha menilai pemilih di Indonesia umumnya pendek ingatan, dengan kata lain para pemilih tersebut mudah cepat memaafkan apabila ada partai yang pernah terganjal suatu kasus.
"Pemilih kita pendek ingatan dan pemaaf," kata Hanta di Jakarta, Kamis (16/5/2013).
Untuk itu, kata Hanta, diperlukan fungsi civil society dan juga peran media untuk memperingatkan terhadap track record suatu partai atau calegnya itu sendiri.
"Pemilu masih jauh, masih ada waktu dapat memperingatkan kepada pemilih tersebut," ujar Hanta.
Lebih lanjut Hanta menjelaskan, para pemilih datang ke bilik suara ibarat memilih menu, ada tiga kemungkinan dalam memilih menu tersebut. Kemungkinan pertama, pemilih akan berfikir 12 partai sama saja, dan kemungkinan besar pemilih akan golput.
Kemungkinan kedua, pemilih memutuskan memilih dengan ala kadarnya saja. Yakni para pemilih memilih dengan tidak memperhatikan kualitas partai.
"Ketiga yakni pemilih yang memilih parpol yang bisa memenuhi harapan mereka dan sebagainya," ujar Hanta.