Romo Magnis menambahkan, pemberian penghargaan kepada SBY terkait toleransi beragama justru akan membuat malu ACF. "Rencana itu sangat memalukan, dan mempermalukan Anda sendiri. Itu dapat mendiskreditkan klaim apapun akan Anda buat sebagai sebuah institusi berlandaskan moralitas," tulis Magnis dalam surat terbukanya kepada ACF.
Magnis lalu mempertanyakan langkah ACF yang menjadikan SBY selaku negarawan yang dinilai patut menerima penghargaan atas toleransi beragama, "Bagaimana mungkin Anda dapat mengambil keputusan seperti itu tanpa meminta masukan dari kami yang mengalaminya langsung Indonesia?"
"Mudah-mudahan Anda tidak membuat keputusan tersebut sekadar untuk menanggapi desakan dari orang-orang yang dekat dengan Pemerintah kami ataupun rombongan di sekitar Presiden."
Franz Magnis yang juga budayawan itu bukan sekali ini saja bersuara lantang. Ia juga pernah menolak Bakrie Award. Ia menilai, Bakrie terlibat dalam kasus lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur.
Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha pun angkat suara atas protes Romo Magnis. Ia mengatakan, pemberian award dari lembaga independen dan kredibel seperti the Appeal of Conscience Foundation dari AS, merupakan suatu penghormatan.
"Ini pengakuan internasional bahwa Presiden SBY dinilai pantas sebagai tokoh yang berhasil menjaga kerukunan dan rasa saling toleransi antarumat beragama," ujar Julian seraya mengemukakan, Presiden Yudhoyono dinilai piawai dalam menangani konflik masyarakat tanpa kekerasan. SBY juga dianggap handal dalam mengawal dan memberi ruang demokrasi di Indonesia.
Penganugerahan World Statesman Award 2013 itu akan diberikan pendiri Appeal of Conscience Foundation Rabbi Arthur Schneier dalam suatu acara bertajuk "2013 Special Awards Dinner" di New York, Amerika Serikat, pada 30 Mei mendatang.
Semula penghargaan akan diterima SBY pada Nopember 2013. Namun, acara itu dimajukan karena Kepala Negara berencana menghadiri sidang di markas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Mei 2013, New York. (tribunnews/aco/malau)